BANDUNG – Wisata bendungan Jatigede hadir menara Eiffel di kawasan Bendungan Jatigede Tanjung Duriat menjadi daya tarik baru wisatawan.
Pengelola menghadirkan bangunan yang bentuknya mirip dengan menara Eiffel di Paris Perancis, yang merupakan salah satu ikon wisata kelas dunia.
“Lebaran kemarin bisa dibilang peluncuran Red Eiffel atau Eiffel Merah, sebagai daya tarik baru di Tanjung Duriat,” kata Manager Marketing Communication Tanjung Duriat Karya Indra, Jumat (3/5/2024) dilansir sumedangkab.go.id.
Dikatakan, pihaknya selalu menghadirkan daya tarik baru setiap tahunnya di wisata bendungan Jatigede itu, agar pengunjung tidak bosan datang ke objek wisata yang terletak di wilayah Desa Pajagan Kecamatan Cisitu tersebut.
“Karena setiap tahun pengunjung selalu bertanya apa yang baru di tahun sekarang. Oleh karena itu kami menghadirkan salah satu ikon dunia yakni Menara Eiffel, kami sebut Red Eiffel,” ujarnya.
Eiffel Merah sambung Karya, tingginya sekira 15 meter. Dengan latar belakang langsung perairan Jatigede, kata Karya, Eiffel Merah menjadi salah satu spot foto favorit saat lebaran kemarin.
“Sebetulnya konsep utamanya kami ingin ada spot yang dari atas untuk pengunjung bisa memfoto taman berbentuk hati. Warnanya merah mencolok, bisa dinaiki, dengan latar biru perairan Jatigede,” kata Karya.
Selain Eiffel Merah, daya tarik baru lainnya di Tanjung Duriat yakni kamera 360 derajat dan Giant Frame atau bingkai raksasa.
“Dengan 360 pengunjung bisa membuat video sudut pandang 360 derajat, seperti yang sedang ngetren sekarang,” katanya.
FESTIVAL SAWAH DI DESA WISATA
Hamparan sawah dengan Sungai Cihonje yang airnya jernih disertai Jembatan Gantung Panyindangan menjadi pesona alam di Desa Baginda, Kecamatan Sumedang Selatan.
Jembatan gantung yang dibangun bukan hanya untuk sarana transportasi tapi menjadi ikon yang bisa menjadi daya tarik wisata.
Apalagi, ada atraksi Festival Sawah dan Galengan di Jembatan Panyindangan Baginda. Potensi desa harus terus dimamfaatkan menjadi daya tarik wisata yang bisa menggerakkan ekonomi, Minggu 5 April 2024.
Kadisparbudpora Sumedang Nandang Suparman mengungkapkan, melihat antusias masyarakat yang berdatangan, Festival Sawah dan Galengan akan dijadikan even tahunan tingkat Kabupaten Sumedang.
“Semoga ini menjadi event di Kabupaten Sumedang yang bisa menarik wisatawan untuk hadir,” kata Nandang.
Festival Sawah dan Galengani diinisiasi oleh Bengkel Seni Absurb dan Karang Taruna DEsa Baginda untuk memperingati Hari Jadi ke-446 Sumedang. Festival Sawah dan Galengan berawal dari tahun 2018, tapi karena covid jadi terhenti sampai 2022.
“Tapi alhamdulilah sekarang tahun 2024 kami bekerjasama dengan masyarakat dan Pemerintah Desa Baginda akhirnya Festival Sawah dan Galengan bisa dilaksanakan kembali,” kata Ketua Panitia, Ipul Saepuloh.
Festival Sawah dan Galengan kata Ipul, digelar dengan tujuan melestarikan budaya menanam padi melalui seni teatrikal.
Terpantau, ratusan warga masyarakat rela berdesakan demi menyaksikan kegiatan tersebut.
“Festival Sawah dan Galengan ini lebih kepada memacu kepada ritual-ritual agraria, bagaimana kehidupan di sawah, mengenalkan kepada anak-anak cara bertani,” ujarnya.