BANDUNG – Tasikmalaya tak bisa terpisahkan dari Jawa Barat. Kota bersejarah yang mendapat julukan sebagai Sang Mutiara dari Priangan Timur ini sudah ada dalam catatan administrasi Hindia Belanda pada tahun 1820.
Saat itu, namanya adalah Distrik Tasjikmalaija op Tjitjariang. Nama Tasikmalaya pertama kali digunakan sekitar tahun 1816-1820.
Mengutip dari buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, di masa lampau di wilayah Tasikmalaya ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Galungung.
Kerajaan tersebut berdiri pada 13 Bhadrapa 1033 Saka atau 21 Agustus 1111. Penguasa pertama adalah Batari Hyang. Kerajaan Galunggung bertahan hingga enam kali pergantian raja yang semuanya masih keturunan Batari Hyang.
Nama Tasikmalaya awalnya adalah Sukapura yang berada di bawah kekuasaan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.
Ada dua versi terkait asal-usul nama Tasikmalaya. Versi pertama, Tasimalaya berasal dari dua kata Bahasa Sunda yakni keusik yang berarti pasir dan nglayah yang berarti bertebaran.
Sehingga secara garis besar, Tasikmalaya berarti pasir yang bertebaran. Versi ini terkait letusan Gunung Galunggung pada tahun 1822 yang berpengaruh besar pada Kabupaten Sukapura.
Saat letusan terjadi, banyak pasir yang menyelimuti Sukapura sehingga daerah tersebut disebut Keusik Nglayah yang kemudian menjadi nama Tasikmalaya.
Versi kedua menyebut Tasikmalaya berasal dari dua kata yakni “tasik” dan “malaya” Tasik berarti laut, telaga, atau air yang menggenangi wilayah. Sedangkan malaya berarti jajaran gunung-gunung. Sehingga Tasikmalaya dapat dimaknai dengan gunung yang banyak lasksana air laut.
Letusan gunung menyebabkan terbentuknya jurang-jurang yang terjal dan membentuk sebuah formasi sepatu kuda ke arah timur Gunung Galunggung. Konon ada 3.647 bukit-bukit kecil di kawasan tersebut yang memperkuat ciri khas geografis Tasikmalaya.
Sayangnya bukit-bukit kecil tersebut sudah tak ada lagi karena pembangunan. Yang tertinggal hanyalah nama bukit di tengan Kota Tasikmalaya. Dari cerita tersebut, banyak orang yang berpendapat jika nama Tasikmalaya ada setelah Gunung Galunggung melestus. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Residen Priangan di tahun 1816 yang tidak menyebut nama Tasikmalaya sebagai sebagai sebuah distrik.
Setelah masa Kerajaan Galunggung, ada periode kepemimpinan Sukakerta, cikal bakap Sukapura yang menjadi Tasikmalaya. Sukakerta berpusat di (daerah Salopa) yakni daerah yang merdeka dari pengaruh kekuasaan manapun.
Sukakerta merupakan salah satu daerah bawahan dari kerajaan Sunda Pajajaran yang berpusat di Pakuan. Penguasa pertama Sukakerta adalah Sri Gading Anteg. Masa hidup Sri Gading Anteg sezaman dengan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), yaitu sekitar akhir abad XV sampai awal abad XVI.
Sementara Dalem Sukakerta yang bernama Brajayuda adalah penerus tahta Sukakerta, yang hidupnya sezaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) sebagai penerus tahta kerajaan Pajajaran sepeninggal Prabu Siliwangi.
Tasikmalaya mencatat beberapa sejarah di masa penjajahan salah satunya perjuangan melawan Jepang yang dipimpin oleh KH Zaenal Mustofa di Singaparna. Tasikmalaya juga mencatat sejarah penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum.
Penerbangan tersebut dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya. Selain itu kongres pertama Koperasi Indonesia juga dilakukan di Tasikmalaya yang melahirkan Hari Koperasi pada 12 Juli serta lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesta (Hankamrata).