Minggu pagi itu, langit Cibinong cerah. Di Setu yang terletak persis di depan Gedung Kesenian, ratusan warga mulai berdatangan membawa joran dan ember kecil. Suasana penuh semangat dan tawa menyelimuti area setu—bukan hanya karena satu ton ikan yang ditebar ke dalam air, tapi karena sesuatu yang lebih besar: rasa kebersamaan.
Di tengah keramaian itu, Bupati Bogor, Rudy Susmanto, hadir menyapa warga satu per satu. Ia datang bukan hanya sebagai pejabat, tapi sebagai bagian dari masyarakat yang ingin melihat ruang publik hidup kembali.
“Intinya bukan soal memancing,” ucapnya dengan senyum ramah. “Yang terpenting adalah bagaimana fasilitas daerah seperti Setu ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.”
Kegiatan ini memang lebih dari sekadar adu keberuntungan menarik ikan. Di balik joran yang dilempar dan teriakan kecil saat kail mendapat sambutan, ada semangat gotong royong. Sebuah hasil kolaborasi apik antara DPD KNPI dan Karang Taruna Kabupaten Bogor yang menyatukan dua kekuatan besar pemuda dalam satu tujuan: membangun ruang bersama yang terbuka dan inklusif.
Kuliner gratis turut disediakan. Meja-meja kecil dipenuhi hidangan khas daerah. Anak-anak berlarian, orang tua bercengkrama, dan aroma makanan menguar bersamaan dengan tawa yang bersahutan.
Bagi Rudy, hari itu bukan hanya tentang kegiatan rekreasi. Ia melihatnya sebagai awal dari sebuah gerakan. “Tempat ini terbuka untuk siapa saja yang ingin menggunakan, asalkan digunakan dengan baik. Harapannya, tempat ini jadi hidup dan lebih bersih,” katanya.
Ia juga mengapresiasi KNPI dan Karang Taruna. “Ini kolaborasi yang sangat baik. Dua organisasi besar kepemudaan bisa bersatu untuk membangun Bogor ke depan.”
Hari itu, Setu bukan sekadar danau. Ia menjelma menjadi panggung kebersamaan. Dan ketika matahari mulai condong ke barat, air yang tenang di Setu Cibinong memantulkan lebih dari sekadar langit—ia memantulkan harapan, bahwa ruang-ruang publik seperti ini akan terus hidup, tumbuh, dan menjadi milik semua.