BANDUNG – Melacak awal mula Kota Bandung berawal dari tugu yang sekarang berada di Jalan Asia Afrika, Bandung. Disinilah, Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels menancapkan tongkatnya di tempat itu dan memerintahkan supaya segera dibangun sebuah kota.
Bandung, mau tidak mau, suka tidak suka, didirikan karena prakarsa Daendels. Ia sebenarnya sudah mendengar wilayah ini dari anak buahnya yang menemukan Bandung secara tidak sengaja. Wilayah ini sejuk dan nyaman untuk menjadi sebuah tempat hunian. Anak buah Daendels ini menyebut wilayah ini sebagai ‘Daerah tak bertuan;.
Sejak awal, Bandung tidak masuk dalam rancangan pembangunan pemerintah Belanda. Namun, bagi masyarakat pribumi, kota ini telah lama berdiri. Dahulu, sebutan Bandung adalah Tatar Ukur, yang kekuasaannya ada di bawah Kerajaan Banten dan Mataram.
Perhatian Belanda muncul saat penguasa Tatar Ukur, Wangsanata (Dipati Ukur), terlibat dalam peristiwa penggempuran benteng kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie alias VOC di Batavia. Akibatnya, pemerintah Belanda mulai menaruh curiga, wilayah Tatar Ukur menjadi sarang para pemberontak. J
Deandels yang saat itu sedang menjalankan pembangunan jalur transportasi di sepanjang bagian utara Pulau Jawa, melakukan inpeksi ke wilayah Tatar Ukur ini.
Sampailah dia di jembatan Sungai Cikapundung (dekat Gedung Merdeka sekarang). Jembatan tersebut sedang dirampungkan oleh masyarakat pribumi setempat, di bawah pasukan Zeni Militer Belanda.
Daendels menyeberanginya dan berjalan sampai ke suatu lokasi. Tepatnya di dekat jalan raya, seberang Hotel Savoy Homan di Jalan Asia-Afrika saat ini. Daendels kemudian menancapkan tongkat kayunya di sana dan berkata,
“Zorg dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd”.
Artinya, coba usahakan bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun sebuah kota.
Di tempat Daendels menancapkan tongkatnya. Di kemudian hari, sebuah tugu dibangun di lokasi itu untuk menandakan batas awal Kota Bandung. Tugu tersebut dijuluki titik kilometer nol Kota Bandung.
Pembangunan Kota Bandung dimulai. Sebelum dibangun, dari Batavia (saat ini Jakarta), menuju Bandung, harus melewati pedalaman hutan Priangan. Lalu, jalan setapak yang bisa dilewati kuda mulai dibuat untuk menghubungkan Batavia-Bogor-Bandung.
Saat itu, Bandung memang sudah menjadi wilayah penting bagi kegiatan ekonomi Belanda. Terdapat perkebunan kopi di sekitar Gunung Tangkuban Parahu milik Pieter Engelhard yang dibuka sejak 1789. Kopi itu menjadi salah satu pemasukan terpenting pemerintah Belanda. Melonjaknya keinginan bangsa koloni di Batavia menuju Bandung, semakin menggencarkan pembangunan di wilayah ini.
Mulai dibuat akses jalan yang lebih layak, tak hanya di Bandung, namun di seluruh Pulau Jawa. Daendels lalu membuat Grote Postweg (Jalan Raya Pos) atau populer disebut Jalan Daendels.
Keberadaan Jalan Raya Pos yang dibangun Daendels, berhasil mengubah wajah Bandung. Dari sebuah kampung di tengah hutan belantara, menjadi sebuah kota yang terus berkembang. “Hingga Bandung menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Sebuah kota yang jika dipandang dari berbagai aspek kehidupan memiliki nilai strategis, terutama secara ekonomi, politik, dan militer,” katanya.
Melalui surat pada 25 Mei 1810, Daendels memerintahkan Bupati Kabupaten Bandung dan Bupati Parakanmuncang agar memindahkan ibu kotanya masing-masing ke Cikapundung dan Andawadak atau Tanjungsari, mendekati Jalan Raya Pos.
Alasan pemindahan itu adalah ibu kota sebelumnya, Krapyak, tidak strategis sebagai pusat pemerintahan. Letaknya di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
Rupanya, Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan memindahkan ibu kota Bandung. Bahkan, ia juga telah menemukan tempat yang strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun.
Kini, lokasi tersebut menjadi pusat kota Bandung.
Lalu, tugas pendirian Kota Bandung diberikan kepada Wiranatakusumah II.
Melansir CNN Indonesia, tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Namun, kota itu dibangun bukan semata prakarsa Daendels, melainkan juga prakarsa Wiranatakusumah II. Bahkan, pembangunannya dipimpin langsung olehnya. Dengan kata lain, sebenarnya, Bupati RA Wiranatakusumah II adalah pendiri Kota Bandung.
Kota ini diresmikan sebagai ibu kota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810. Lalu, Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal JB van Heutsz pada 1 April 1906. Luas wilayahnya saat itu sekitar 900 hektare. Kota Bandung lalu bertambah luas menjadi 8.000 hektare di 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini, yaitu 167,3 kilometer persegi atau sekitar 167 Ribu hektare.