BANDUNG – RW 19 Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, terus menunjukkan keberhasilan dalam program pengelolaan sampah mandiri yang telah berjalan sejak 2014. Melalui inisiatif Jasmine Integrated Farming, warga aktif melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah, yang berkontribusi pada kebersihan lingkungan dan meraih penghargaan sebagai juara Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat madya.
Yanti, salah satu pengurus Jasmine Integrated Farming, menyebutkan bahwa bank sampah di wilayah tersebut menerima sekitar 350 kg sampah yang sudah dipilah setiap minggu. “Sebagian sampah kami sumbangkan ke pemulung, sebagian dikelola di bank sampah, dan ada yang disedekahkan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ungkapnya.
Dengan jumlah penduduk sekitar 900 jiwa dari 301 KK, RW 19 menghasilkan sekitar 450 kg sampah per hari, dengan timbulan sampah organik mencapai 800-1 ton per pekan. Menjelang puasa, jumlah ini bisa meningkat hingga 1,5 ton. Pemilahan sampah dilakukan dalam beberapa kategori, seperti organik, residu, dan limbah khusus.
Sampah organik diolah menjadi kompos, pakan magot, serta pupuk cair mikroorganisme lokal (MOL), sehingga tidak ada yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Residu seperti popok dan limbah berbahaya lainnya disalurkan ke Dropbox khusus. Selain itu, bank sampah juga menerima minyak jelantah untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Ketua RW 19, Dodi, menjelaskan bahwa edukasi warga dilakukan dengan pendekatan dari rumah ke rumah, di mana mereka juga membagikan ember dan menyediakan troli di setiap RT. “Kami memberikan edukasi secara berkelanjutan agar masyarakat memahami pentingnya pemilahan sampah,” jelasnya.
Petugas pengangkut sampah, termasuk “mamang gerobak,” dilatih untuk memastikan pemisahan sampah saat diangkut. Lurah Antapani Tengah, Teguh Haris Pathon, menegaskan bahwa setiap RT ditargetkan untuk mengumpulkan sekitar 130 kg sampah terpilah per minggu. Saat ini, 60 persen dari 24 RW di wilayah tersebut telah aktif dalam pemilahan sampah.
Sampah organik yang terkumpul diproses menggunakan metode open windrow atau bata tetawang, dengan panen kompos dilakukan setiap 40 hari sekali. Program ini telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk kunjungan dari daerah lain dan kalangan akademisi.
Keberhasilan program pengelolaan sampah di RW 19 Antapani Tengah tidak hanya meningkatkan kebersihan lingkungan, tetapi juga mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir, menjadikannya contoh nyata pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang sukses.
Sumber: Humas Pemkot Bandung/bandung.go.id