SATUJABAR, BANDUNG – Di sejumlah sudut Kota Kembang, aroma kacang, kencur, dan nostalgia menyelinap lewat cobek yang setia bertahan dari generasi ke generasi.
Mereka adalah warung lotek legendaris yang ada di Bandung, yang tak sekadar menyajikan sayuran dan bumbu, tapi juga cerita ratusan pelanggan setia dan kenangan manis.
Melalui naskah singkat ini, Yuk! Kita telusuri beberapa cita rasa dan sejarah mereka:
- Lotek Kalipah Apo 42 (Sejak 1953)
Warung ini berjualan sejak 1953 dan sudah menjadi penopang tradisi lotek Bandung sejati. Bumbunya kental, manis, dan terasa sangat ‘nutty’, tanpa aroma kencur yang terlalu menonjol; cocok bagi pencinta rasa kacang yang mendalam. Pelayanan tertata rapi dan tempatnya cukup nyaman —sesuai dengan harga yang sedikit lebih tinggi.
- Lotek Tjihapit (Sejak 1970)
Berada di gang menuju Pasar Cihapit, Lotek Tjihapit sudah eksis sejak tahun 1970 dan kini dijalankan oleh generasi ketiga. Setiap pesanan diulek satu per satu, dengan taburan bawang goreng renyah dan kentang rebus yang membuat bumbu lebih kental. Rasanya manis dengan aroma kencur yang halus.
- Lotek Alkateri (Sejak 1988)
Di Jalan Alkateri dekat Alun-alun Kota Bandung, terdapat sebuah gerobak kecil menyajikan lotek dengan gaya khas: dibungkus kertas nasi dan daun pisang berbentuk kerucut, ala cone es krim. Sejak 1988, sajian ini menjadi favorit karena praktis dan unik. Bumbunya agak kering, pas sekali untuk dinikmati sambil berjalan, dan bisa ditambahkan daun pare atau pepaya untuk varian ‘pahit’.
- Lotek Macan (Sejak 1956)
Lotek Macan lahir pertama kali tahun 1956, dan menjadi refleksi kesetiaan rasa. Bumbunya terkenal gurih dan dipadukan dengan kerupuk pink yang memberi tekstur renyah unik. Tak heran jika setiap generasi pelanggannya tetap setia menikmati sensasi klasik ini.