BANDUNG – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerjasama dengan Northern Territory (NT) Australia untuk mempromosikan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kerja sama ini difokuskan pada penguatan rantai pasok mineral kritis dan strategis, yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral global dan mendukung upaya NT Australia untuk mendiversifikasi pasokan mineralnya.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arie Havas Oegroseno, menekankan pentingnya diversifikasi kemitraan, tidak hanya dengan negara-negara, tetapi juga dengan negara bagian yang memiliki kapasitas signifikan dalam industri mineral kritis. “Nota Kesepahaman ESDM dengan NT Australia ini dapat menjadi model bagi Pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan berbagai negara bagian penting dan strategis di Australia,” ujarnya melalui keterangan resmi.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyatakan bahwa kerja sama ini sejalan dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang baru saja disahkan. Fokus utama kebijakan pengembangan mineral dan batubara Indonesia adalah mencapai keseimbangan antara prioritas ekonomi, lingkungan, dan sosial.
“Fokus kerja sama ini adalah mendukung pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong penelitian, inovasi, dan eksplorasi untuk memperkuat keamanan cadangan mineral,” jelas Dadan dalam acara Sosialisasi Nota Kesepahaman Rantai Pasok Mineral Kritis dan Strategis pada Selasa (18/2).
Dadan juga menyoroti pentingnya dekarbonisasi industri pertambangan, termasuk adopsi energi terbarukan, elektrifikasi operasi pertambangan, dan penggunaan teknologi canggih. “Indonesia juga berkomitmen untuk menerapkan praktik yang melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam, memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab,” tambahnya.
Menteri Perdagangan, Bisnis, dan Hubungan Asia Northern Territory Australia, Hon Robyn Cahill, berharap kemitraan ini segera diimplementasikan melalui kerja sama konkret di tingkat industri dan pemerintah. “Kami terus menemukan cadangan dan peluang baru, terutama di sektor mineral kritis. Banyak organisasi dan bisnis telah menunjukkan minat mereka untuk berinvestasi di wilayah kami karena peluang yang sangat signifikan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Nota Kesepahaman Rantai Pasok Mineral Kritis dan Strategis antara kedua belah pihak telah ditandatangani pada 12 November 2024. Sebagai bagian dari implementasi kerja sama ini, pada April 2025 akan diadakan Roadshow Mineral Indonesia-NT Australia, yang akan mencakup kunjungan perusahaan pertambangan Indonesia ke NT, Australia. Kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan kunjungan ke Sulawesi (Sorowako dan Morowali) atau Maluku (Teluk Weda) pada Mei 2025.
Selain itu, pada 2025 juga akan dilaksanakan studi dan pengembangan bersama dalam eksplorasi teknologi pengolahan dan pemurnian untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan, serta pengembangan keahlian melalui program pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Kegiatan sosialisasi ini juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dalam sektor pertambangan di Indonesia.