Di sebuah dusun yang tenang di kaki perbukitan Kecamatan Jatinunggal, warga Cibareubeu, Desa Sukamanah, kembali berkumpul dalam satu perayaan yang sarat makna—Buku Tahun.
Kamis pagi, 26 Juni 2025, suasana dusun berubah menjadi semarak. Tenda-tenda berdiri, panggung seni dihiasi ornamen khas Sunda, dan aroma hasil bumi segar menggoda indera. Tapi lebih dari sekadar perayaan, hari itu adalah tentang rasa syukur, kebersamaan, dan harapan yang tak pernah padam.
Di tengah semangat warga yang memenuhi lapangan desa, Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, hadir menyatu dalam gelombang kehangatan masyarakat. Tak hanya sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari keluarga besar Cibareubeu. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa bangga atas pelestarian tradisi yang terus hidup dari generasi ke generasi.
“Buku Tahun ini bukan sekadar hiburan rakyat. Ini adalah cermin rasa syukur kepada Allah SWT, sekaligus ajang mengevaluasi kemajuan dusun kita. Apa yang sudah baik, mari kita jaga. Yang masih kurang, mari kita perbaiki bersama,” ucap Bupati Dony dengan penuh ketulusan.
Suasana hening sejenak, karena semua yang hadir tahu, ucapan itu bukan basa-basi. Mereka sedang menjadi saksi, bahwa dusun mereka bukan sekadar tempat tinggal—tetapi pusat semangat untuk terus melangkah lebih baik.
Ia mengingatkan, bahwa kemajuan dusun tak pernah lepas dari kekompakan warganya. Seperti aliran irigasi yang tak bisa mengalir jika hanya satu saluran bekerja, begitu pula cita-cita dusun yang hanya bisa dicapai jika semua bersatu.
“Dengan gotong royong dan kebersamaan, lembur ini akan terus tumbuh, bahkan mungkin lebih cepat dari yang kita bayangkan,” tambahnya.
Namun tak berhenti di sana. Bupati Dony mengajak warga menjadikan Buku Tahun bukan sekadar acara seremonial tahunan, tetapi sebagai forum refleksi: sejauh mana desa ini berkembang? Seberapa banyak masyarakatnya keluar dari data penerima bantuan sosial? Sejauh mana pertanian menjadi sumber kesejahteraan?
“Kalau tahun lalu ada 50 warga yang masuk DTKS, tahun depan harus lebih sedikit. Itu tanda bahwa kesejahteraan meningkat. Buku Tahun harus jadi pemicu pembangunan, bukan hanya perayaan,” tegasnya penuh harap.
Sebagai bentuk dukungan nyata, pemerintah menyerahkan bantuan pompa pertanian kepada enam warga—tanda bahwa negara hadir dalam urusan paling mendasar: pangan dan kesejahteraan petani.
Sepanjang hari, panggung tak sepi. Kesenian tradisional, alunan musik Sunda, dan tarian anak-anak menghidupkan suasana. Meja-meja berjejer dengan hasil pertanian lokal: singkong, padi, sayur mayur, hingga kerajinan tangan warga. Wajah-wajah ceria menandai satu hal: mereka bangga menjadi bagian dari Cibareubeu.
Turut hadir Camat Jatinunggal, Kepala Dinas PMD, Kepala Desa Sukamanah, tokoh masyarakat, dan seluruh warga yang menyatukan langkah untuk satu tujuan—menjadikan dusun kecil ini tempat tinggal yang besar dalam semangat dan harapan.
Di Cibareubeu, tradisi bukan hanya kenangan. Ia adalah pijakan untuk masa depan. Dan setiap langkah maju, selalu dimulai dari rasa syukur.
Sumber: Pemkab Sumedang, Diolah