BANDUNG – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sumedang membuat langkah inovatif dalam pembinaan kemandirian warga binaan dengan mengekspor kerajinan tangan dari sabut kelapa ke Belgia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian yang melibatkan kerjasama dengan perusahaan di Garut, dan melibatkan 30 peserta yang terbagi dalam 14-15 kelompok.
Kalapas Sumedang, Ratri Eko Handoyo Saputro, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan tidak hanya untuk melatih keterampilan, tetapi juga untuk memberikan kesempatan ekonomi kepada warga binaan.
“Saat ini ada 30 peserta yang berpartisipasi dalam pembuatan rajutan sabut kelapa, dan kami telah menjalin kerjasama dengan perusahaan untuk mengekspor hasil kerajinan ini ke Belgia,” ujar Ratri dilansir situs Pemkab Sumedang.
Dalam pelatihan ini kata Ratri, warga binaan memproduksi rajutan sabut kelapa dengan ukuran 3×3 meter yang dihargai antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per meter, tergantung pada kualitasnya.
“Setiap kelompok yang terdiri dari 2-3 warga binaan diharapkan dapat menghasilkan 3 hingga 4 rajutan per hari. Target ekspor kali ini adalah 640 produk yang akan dikirim langsung dari Sumedang ke Belgia,” ujarnya.
Ratri menjelaskan, program ini juga memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk menghasilkan uang secara mandiri, tanpa membebani keluarga mereka.
“Pembayaran dilakukan setiap minggu melalui rekening Brizzi, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan langsung dari hasil kerja keras mereka sendiri,” kata Ratri.
Pelatihan ini sudah berlangsung selama tiga bulan dan diharapkan akan terus berlanjut setelah warga binaan bebas. Dengan demikian, mereka tetap dapat berkontribusi dalam perekonomian, baik di dalam maupun di luar Lapas.
“Saya selalu menyampaikan kepada mereka untuk tidak membebani keluarga. Mereka bisa menghasilkan uang dengan cara yang halal dan mandiri,” tambah Ratri.