Tak hanya kehilangan hasil panen, modal usaha yang sudah mereka keluarkan sejak awal musim budidaya juga hilang.
SATUJABAR, CIREBON — Sedikitnya 250 hektare lahan tambak untuk budidaya ikan bandeng dan kerang, di wilayah timur Kabupaten Cirebon, disergap banjir. Petani tambak hanya bisa gigit jari dan menangi karena harus menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Banjir yang menerjang wilayah timur Kabupaten Cirebon itu disebabkan jebolnya tanggul tanggul anak Sungai Cisanggarung. Dampaknya, para petambak ikan bandeng dan kerang di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari harus menanggung rugi.
Tak hanya kehilangan hasil panen, modal usaha yang sudah mereka keluarkan sejak awal musim budidaya juga hilang. “Total kerugiannya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah,” kata Kepala Desa Tawangsari, Rojiki.
Dia menyebutkan, air banjir yang masuk ke areal tambak milik warga itu menghanyutkan ikan bandeng yang sedang dibudidayakan di dalam tambak tersebut. “Ada sekitar 250 hektare empang (tambak) milik warga di Blok Karangmulya (Desa Tawangsari) yang terkena banjir,” ujarnya.
Menurut Rojiki, areal tambak itu selama ini menjadi tumpuan hidup sebagian besar warga di desanya. Dia menyatakan, para petambak pun sebenarnya hanya tinggal menghitung hari untuk melakukan panen ikan bandeng.
Namun, harapan warga untuk memanen bandeng yang sudah mereka pelihara kini pupus diterjang banjir. Mereka pun tidak dapat menyelamatkan bandeng-bandengnya karena banjir terjadi pada dini hari. “Hanya bisa pasrah, bandeng yang sudah dipelihara berbulan-bulan hilang dalam sekejap,” ujarnya.
Tak hanya ikan bandeng, petambak yang membudidayakan kerang juga ikut merugi akibat banjir tersebut. Pasalnya, kerang bersifat sensitif terhadap air tawar. “Kalau air tambaknya bercampur dengan air tawar, kerang jadi mati,” ucapnya.
Selain kehilangan ikan bandeng dan kerang yang mereka budidayakan, para petambak juga harus menghadapi kenyataan rusaknya tambak milik mereka. Otomatis, mereka harus mengeluarkan biaya untuk memperbaikinya.
Kondisi itu salah satunya dirasakan oleh Darsih, petambak setempat. Dia mengaku, sangat sedih karena tambaknya rusak dan ikan bandengnya pun hilang terbawa air banjir. “Padahal ikan bandengnya sudah bisa panen jelang lebaran haji nanti,” tuturnya.
Darsih pun mengaku bingung untuk memulai kembali usaha budidaya tambak bandengnya. Pasalnya, modalnya sudah habis.
Sementara itu, tak hanya merusak tambak, banjir juga membuat jalan sepanjang 400 meter di desa itu mengalami kerusakan. Padahal, jalan tersebut menjadi akses utama warga untuk mengangkut hasil panen tambak.
Jalan itupun sebelumnya dibangun secara swadaya oleh warga dan pemerintah desa setempat. Namun akibat banjir, jalan tersebut kembali rusak. (yul)

