Tutur

Semangat Jaipong di Pendopo Garut: Ketika Tari Menjadi Jembatan Warisan Budaya

Senin pagi yang cerah di Garut, alunan kendang dan suling mengisi udara di sekitar Gedung Pendopo Kabupaten. Suara gamelan mengiringi derap langkah para penari muda yang mengenakan kebaya cerah dan selendang warna-warni. Di balik sorot mata mereka yang penuh semangat, ada harapan untuk membawa warisan leluhur tetap hidup di tengah zaman yang terus berubah.

Hari itu, 26 Mei 2025, menjadi momen istimewa bagi seni tari tradisional Sunda. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut secara resmi membuka kegiatan Pasanggiri Jaipong, sebuah ajang kompetisi dan unjuk kemampuan para pelajar dan seniman muda dalam seni tari Jaipong. Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Disparbud Garut, Luna Aviantrini.

Dengan senyum hangat dan mata yang berbinar, Luna berdiri di hadapan peserta dan tamu undangan. “Ini suatu hal yang luar biasa bagi kita,” ucapnya penuh haru, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh panitia dan pihak yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan ini.

Bagi Luna, Pasanggiri Jaipong bukan sekadar lomba. Ini adalah bentuk perlawanan lembut terhadap derasnya arus budaya global yang seringkali membuat budaya lokal tergeser. Jaipong, yang lahir dari kearifan lokal Sunda, harus tetap hidup dan berkembang. “Ini adalah bentuk nyata kecintaan kita terhadap seni Sunda,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Melalui kegiatan ini, Luna berharap generasi muda Garut bisa terus mencintai budayanya sendiri—bukan hanya sebagai penonton, tapi juga sebagai pelaku. Ia menyebut kegiatan ini sebagai ruang yang penting untuk menumbuhkan semangat berkesenian sejak dini, sekaligus menghasilkan rekomendasi untuk penguatan program seni dan budaya di sekolah-sekolah.

“Semoga Pasanggiri ini terus berlanjut, semakin maju, eksis, dan mampu melahirkan pemikiran-pemikiran luar biasa,” pungkas Luna. Ia juga berharap, kegiatan budaya seperti ini bisa menjadi bagian dari strategi besar pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pelestarian dan pemanfaatan kekayaan budaya.

Hari itu, bukan hanya para penari yang menari. Tapi juga harapan, kebanggaan, dan semangat untuk menjaga jati diri. Di atas panggung jaipong, Garut tak sekadar mempertontonkan gerakan, tapi juga memperjuangkan warisan budaya agar tak pudar oleh waktu.

Sumber: Pemkab Garut, Diolah

Editor

Recent Posts

Solusi Anti Lupa Bayar Pajak Kendaraan

SATUJABAR, BANDUNG - Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap…

2 jam ago

Holiday Goals: Liburan Seru Tanpa Cemas

SATUJABAR, BANDUNG - Setiap orang memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda, mulai dari meraih prestasi, kenaikan…

2 jam ago

Polisi Perketat Pengamanan Persib VS Persebaya di Stadion GBLA

SATUJABAR, BANDUNG--Polrestabes Bandung akan melalukan pengamanan ketat dalam laga pertandingan Super League 2025/2026 Persib Bandung…

2 jam ago

Komplotan Begal Sasar Sepeda Motor Ojol di Bandung Diringkus

SATUJABAR, BANDUNG--Polrestabes Bandung, Jawa Barat, berhasil mengungkap komplotan begal dengan menyasar driver ojek online (ojol)…

5 jam ago

Harga Emas Jum’at 12/9/2025 Rp 2.088.000 Per Gram

SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Jum’at 12/9/2025 dikutip dari situs logammulia.com hari ini dijual Rp…

7 jam ago

Program Kampung Zakat Dorong Produksi Kerapu Cantang Masuk Pasar Global

SATUJABAR, JAKARTA - Kementerian Agama terus perkuat pemberdayaan masyarakat kepulauan melalui peluncuran Program Kampung Zakat,…

8 jam ago

This website uses cookies.