SATUJABAR, BANDUNG – Sampah Kota Bandung yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 900 ton per hari, atau turun 43% dari volume sebelumnya sebanyak 1.600 ton per hari.
Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA itu merupakan buah dari program Kang Pisman.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarma mengatakan sekitar 300 ton sampah sudah selesai permanen dengan program ini.
Selanjutnya, ada 104 ton sampah yang selesai di kawasan selama hasil monitoring.
Data terbaru menunjukkan sekitar 295 ton sampah dinyatakan sudah selesai dikelola.
Meski begitu, Pemkot Bandung masih menelusuri jumlah 295 ton agar datanya dapat dipertanggungjawabkan.
“Hasil kami (proses sosialisasi selama darurat sampah) itu ada. Saat ini kami membuang sekitar 900 ton sampah ke TPA. Jumlah ini berkurang dari awalnya 1.600 ton,” katanya dikutip situs Pemkot Bandung.
Meski masih menyisakan sejumlah PR, Ema bersyukur karena proses sosialisasi dan upaya penerapan Kang Pisman secara masif ini membuahkan hasil.
Ia berharap jumlah sampah Kota Bandung yang dibuang ke TPA terus dapat ditekan.
“Semoga tiap pekan hasilnya berkurang. Dari 800 ton, 1 ton, 1 kilogram, akhirnya bebas sampah. Kami optimis,” katanya, Senin (11/12/2023).
PARTISIPASI MASYAKARAT
Masa darurat sampah di Kota Bandung masih berlangsung hingga 26 Desember 2023. Di sisa 15 hari masa darurat, sejumlah perkembangan positif mulai terlihat.
Di sisa masa darurat sampah, Pemkot Bandung juga rutin melakukan pemantauan. Per Senin 11 Desember 2023, Satgas Darurat Sampah telah meninjau 22 dari 30 Kecamatan se-Kota Bandung.
Dalam kapasitas sebagai Ketua Harian Satgas Darurat Sampah Kota Bandung, Ema terus berupaya menyatukan frekuensi masyarakat dalam mengelola sampah.
“Waktu kita sedikit lagi. 15 hari lagi kita kejar-kejaran dengan darurat sampah. Namanya darurat itu sementara, tidak mungkin selamanya,” ujar Ema.
Saat ini, Pemkot Bandung juga sedang menanti hadirnya Kawasan Bebas Sampah berbasis kelurahan di Kelurahan Rancabolang. Ema optimis dalam waktu dekat, kawasan ini dapat menjadi percontohan bagi kelurahan lainnya di Kota Bandung.
“Di sana semua masyarakat sudah kompak memilah sampah. Sampah organik diolah jadi pakan ternak, sampah anorganik bekerja sama dengan pengepul, sampah residu memang masih diangkut oleh DLH,” bebernya.
“Tapi saya yakin, di sini akan lahir Kawasan Bebas Sampah berbasis kelurahan. Mimpi besarnya adalah hadirnya Bandung sebagai kota nol sampah. Itu mimpi kita semua. Tidak lagi melihat sampah berserakan di jalanan,” tutur Ema.