BANDUNG – Garut berasal dari kata kakarut. Ini sebenarnya salah paham orang Belanda saat bertanya kepada seorang warga lokal yang tangannya berdarah saat menemukan mata air di wilayah itu.
Melansir www.garutkab.go.id, cerita ini bermula ketika pembubaran Kabupaten Limbangan di tahun 1811 oleh Daendels yang merupakan Gubernur Jendral Belanda. Alasan pembubaran ini karena produksi kopi di daerah Limbangan menurun.
Pada tahun 1813, Raffles yang merupakan Gubernur Inggris di Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan dengan ibu kotanya di Suci. Namun, keberadaan Suci untuk sebuah Kota Kabupaten tidak memenuhi persyaratan dikarenakan kawasannya cukup sempit.
Bupati Limbangan pada saat itu, Adipati Adiwijaya membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Setelah melalui pencarian, panitia menemukan tempat ini dengan mencari lokasinya ke arah Barat Suci sekitar 5 km.
Tanahnya yang subur, mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangan indah dengan dikelilingi Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak, cocok untuk menjadi ibu Kota Kabupaten.
Saat menemukan mata air berupa telaga kecil dengan tertutupi semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia tangannya tergores sampai berdarah atau istilah dalam bahasa sunda dinamakan “kakarut”.
Rombongan panitia lain, bersamaan dengan seorang Eropa pun melihat kejadian tersebut. Kemudian orang Eropa itu pun bertanya: “Mengapa berdarah?” lalu orang yang tergores tersebut menjawab bahwa tangannya kakarut. Namun, orang Eropa tersebut tidak fasih dalam menirukan kata “kakarut”, sehingga kata “gagarut” lah yang terucap dari mulutnya.
Para pekerja dalam panitia pun memberi nama tanaman berduri itu “Ki Garut” dan telaganya “Ci Garut”. Ketika menemukan Ci Garut ini, masyarakat sekitar mengenalnya dengan nama Garut. Bupati Kabupaten Limbangan, Adipati Adiwijaya menyetujui cetusan nama Garut sebagai Ibu Kota Kabupaten Limbangan.