BANDUNG: Puan Maharani, Ketua DPR, turut berbelasungkawa atas tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menelan 127 korban jiwa.
Akibat tragedi pasca laga Arema versus Persebaya itu, ratusan orang juga mengalami luka-luka .
Puan mengatakan apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan adalah peristiwa yang memilukan.
“Atas nama Ketua DPR RI, saya turut berdukacita sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dari tragedi tersebut,” katanya dikutip situs DPR.
Puan menegaskan tragedi tersebut mutlak harus diivestigasi secara menyeluruh.
“Kenapa bisa terjadi tragedi yang memakan korban jiwa sebanyak itu di lapangan sepakbola? Bagaimana proses pelaksanaan oleh panitia penyelenggara? Bagaimana prosedur pengamanannya? Semua harus diinvestigasi secara menyeluruh. Tidak boleh tidak! Ini soal nyawa orang yang hilang,” tegas Puan.
Puan Maharani mengatakan, pertandingan sepakbola di stadion seharusnya menjadi tempat hiburan yang menyenangkan bagi masyarakat umum.
Termasuk para suporter dalam mengekspresikan dukungan kepada tim kesayangannya.
“Bukan malah menjadi tempat terjadinya tragedi yang menghilangkan seratusan lebih nyawa manusia,” kata Puan. Ia turut menyanyangkan, ratusan nyawa manusia harus berakhir untuk sebuah pertandingan sepakbola yang berakhir dengan kerusuhan.
Kepada PSSI, Puan mengingatkan agar berbenah diri serta mengevaluasi total pelaksanaan liga sepakbola nasional.
“Kami meminta liga nasional dihentikan sementara untuk menghormati para korban, sambil menunggu hasil investigasi menyeruluh atas tragedi ini,” pungkasnya.
UNDANG FIFA
Hal yang sama diungkapkan Anggota DPR RI Said Abdullah.
Dia meminta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan Kepolisian Republik Indonesia untuk mengundang Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).
Yaitu untuk menginvestigasi tragedi Kanjuruhan Malang pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam.
Langkah ini penting untuk menjaga kredibilitas investigasi dan sepakbola Indonesia di mata dunia.
Menurutnya Ketua Badan Anggaran DPR RI itu, tragedi pilu di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 ini benar-benar memukul gelanggang sepak bola nasional.
Bahkan menjadi deretan tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. “Karennya, kita patut malu, dan harus introspeksi mendalam,” ucapnya.