BANDUNG – Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), meluncurkan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kapasitas 230 Megawatt (MW) yang mengintegrasikan teknologi co-generation.
Teknologi ini memanfaatkan panas buangan dari pembangkit listrik, yang biasanya terbuang, untuk diubah menjadi energi listrik tambahan, mendukung upaya menuju energi yang lebih bersih dan efisien.
Proyek ini akan dilaksanakan melalui skema kemitraan antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP), yang akan membentuk joint venture.
Beberapa wilayah kerja panas bumi (WKP) yang telah dipilih sebagai lokasi proyek termasuk Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh.
Dalam acara temu media di Jakarta pada Senin (9/9), Direktur Jenderal EBTKE, Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa potensi panas bumi sekitar 24 GW akan dimaksimalkan hingga 2060.
“Salah satu inovasi yang bisa diterapkan adalah co-generation yang memanfaatkan steam yang tidak terpakai dalam model binary cycle,” katanya melalui siaran pers,
Teknologi binary cycle merupakan salah satu metode umum dalam PLTP, menggunakan fluida kerja dengan titik didih yang lebih rendah dibandingkan air, seperti isobutane atau pentane.
Fluida ini dipanaskan oleh uap panas bumi, menguap, dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Panas yang tersisa dalam fluida sekunder dapat digunakan untuk pemanasan ruangan atau proses industri, memungkinkan efisiensi energi yang lebih tinggi dengan produksi listrik dan panas secara bersamaan.
PGE dan PLN telah menyiapkan berbagai langkah untuk mewujudkan proyek ini, termasuk penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Joint Development Agreement (JDA). Proyek ini juga akan dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.
“Kami optimis proyek ini akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan bauran energi di Indonesia dan harus dimasukkan dalam daftar proyek RUPTL 2024-2033,” tutup Eniya.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi energi bersih di Indonesia dan mendukung tujuan energi berkelanjutan di masa depan.