BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung bertekad mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, yang saat ini telah membatasi pembuangan dari 170 ritasi per hari menjadi 140 ritasi per hari. Penjabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, menekankan pentingnya pengendalian sampah sebagai upaya berkelanjutan, bukan sekadar darurat.
“Pengendalian sampah di Kota Bandung harus menjadi fokus jangka panjang. Bandung tidak sendirian dalam masalah ini; kolaborasi di area metropolitan sangat penting,” ujar Koswara dalam pernyataannya di Pendopo Kota Bandung pada 10 Oktober 2024.
Koswara juga menyatakan bahwa Kota Bandung, sebagai salah satu penghasil sampah terbesar, perlu menjadi contoh bagi wilayah lain. “Kami harus menyelesaikan masalah ini di Bandung terlebih dahulu, agar menjadi barometer bagi daerah lain,” tambahnya.
Sekda Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, hadir untuk memberikan dukungan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Ia mengimbau semua instansi pemerintahan di kota tersebut untuk menerapkan konsep “zero food waste” atau bebas dari sampah makanan. Menurutnya, lebih dari 50 persen sampah kantor berasal dari makanan yang tidak habis.
Herman menekankan pentingnya proporsionalitas dalam penyediaan konsumsi pada setiap acara agar tidak ada makanan yang terbuang. “Setiap wilayah harus memiliki pendekatan yang berbeda, dengan melibatkan RT, RW, dan Karang Taruna. Saya ingin semua inovasi, seperti TPS3R, komposting, dan penggunaan mesin gibrik, dimanfaatkan secara maksimal,” tegasnya.
Ia juga mengajak rumah makan dan kafe untuk lebih aktif dalam pengelolaan sampah dan mendukung edukasi masyarakat di tingkat kewilayahan. Untuk mendukung ini, Herman berencana melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat dalam kampanye kreatif, termasuk imbauan melalui spanduk yang menarik.
Dengan langkah-langkah ini, Pemkot Bandung berharap dapat secara signifikan mengurangi sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang lebih baik.