BANDUNG – Pemerintah Indonesia terus berupaya mengoptimalkan produksi migas dengan berbagai langkah, termasuk penerapan teknologi baru, reaktivasi lapangan/sumur idle, serta eksplorasi potensi migas. Beberapa kebijakan baru juga sedang disiapkan untuk mendukung upaya ini.
Salah satu inisiatif yang tengah berjalan adalah penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) oleh Pertamina di Blok Rokan, khususnya di lapangan Minas. Untuk tahap awal, injeksi bahan kimia di Minas area-A ditargetkan mulai dilakukan tahun depan, sedangkan produksi penuh di Minas area-B hingga area-E direncanakan dimulai pada tahun 2030. Namun, pemerintah menginginkan percepatan produksi, dengan arahan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar proses tersebut dapat diselesaikan paling lambat tahun 2029.
Selain itu, Pertamina juga menjalin kerja sama dengan Petrochina di Blok Rokan sebagai tindak lanjut dari pertemuan Menteri ESDM dengan delegasi China pada Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-7 di Bali awal September 2024.
“Pertamina berkomitmen membuka ruang kerja sama optimalisasi produksi dengan mitra, rencananya di lapangan Minas area-F akan dijajaki kerja sama operasi (KSO) dengan Petrochina,” ungkap Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Ariana Soemanto, di Jakarta, Sabtu (21/9).
Kerja sama lain yang sedang dibangun adalah dengan Sinopec, yang akan melibatkan lima lapangan potensial Pertamina. Tim teknis Pertamina telah melakukan evaluasi teknologi di China bulan lalu dan membuka data migas untuk Sinopec dengan dukungan dari ESDM dan SKK Migas. Dalam waktu dekat, tim teknis Sinopec direncanakan akan melakukan kunjungan ke lima lapangan tersebut, yaitu Rantau, Jirak, Tanjung, Pamusian, dan Zulu.
Kementerian ESDM dan SKK Migas juga mulai menjajaki kemungkinan kebijakan insentif untuk penerapan EOR. “Kami sedang merancang ketentuan teknis bersama ESDM dan SKK Migas agar penerapan EOR menjadi lebih menarik,” tambah Ariana.