BANDUNG – Nilai impor Indonesia April 2024 mencapai US$16.056,5 juta atau turun US$1.904,6 juta (10,60 persen) dibandingkan Maret 2024.
Data BPS menyebutkan hal ini disebabkan oleh turunnya impor migas US$366,2 juta (11,01 persen) dan nonmigas US$1.538,4 juta (10,51 persen).
Penurunan impor migas disebabkan oleh berkurangnya impor hasil minyak US$372,7 juta (14,93 persen) namun impor hasil minyak justru naik US$6,5 juta (0,79 persen).
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai impor Januari–April 2024 mengalami peningkatan US$654,6 juta (0,93 persen).
Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya impor migas US$682,3 juta (6,05 persen), namun impor nonmigas turun US$27,7 juta (0,05persen).
Peningkatan nilai impor migas dipicu oleh bertambahnya impor minyak mentah US$147,7 juta (4,78 persen) dan hasil minyak US$534,6 juta (6,53 persen). Sebaliknya impor gas alam turun US$6,9 ribu (100,00 persen).
Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang HS 2 Digit
Nilai impor nonmigas Indonesia April 2024 yang mencapai US$13.096,2 juta atau turun US$1.538,4 juta (10,51 persen) dibandingkan bulan sebelumnya.
Dilihat dari perkembangannya terhadap Maret 2024, enam golongan barang nonmigas utama mengalami penurunan.
Yaitu mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya senilai US$388,9 juta (17,07 persen), diikuti oleh mesin/peralatan mekanis dan bagiannya US$259,4 juta (11,38 persen).
Serealia US$240,7 juta (27,23 persen); besi dan baja US$198,1 juta (23,02 persen); instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis US$109,5 juta (28,99 persen).
Dan plastik dan barang dari plastik US$79,6 juta (11,52 persen).
Sementara, empat golongan barang utama lainnya mengalami peningkatan.
Yaitu gula dan kembang gula senilai US$139,2 juta (48,64 persen), diikuti oleh kendaraan dan bagiannya US$37,1 juta (6,23 persen); bahan bakar mineral US$33,5 juta (10,11 persen); dan bahan kimia organik US$11,5 juta (2,05 persen).
Selama Januari–April 2024, nilai impor sepuluh golongan barang utama naik US$1.006,0 juta atau 2,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dilihat dari peranannya, sepuluh golongan barang tersebut memberikan kontribusi 62,43 persen terhadap total impor nonmigas Indonesia Januari–April 2024.
Impor Nonmigas Menurut Negara Asal Barang
Total nilai impor nonmigas dari 13 negara April 2024 mencapai US$9.887,2 juta atau turun US$1.111,1 juta (10,10 persen) dibandingkan Maret 2024. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh berkurangnya nilai impor dari beberapa negara utama seperti Korea Selatan US$407,2 juta (42,63 persen); Thailand US$257,0 juta (30,98 persen); dan Tiongkok US$243,5 juta (5,33 persen).
Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor dari 13 negara utama selama Januari April 2024 juga turun US$923,3 juta (1,98 persen). Penurunan nilai impor terutama berasal dari Jepang US$977,6 juta (18,66 persen); India US$641,3 juta (30,16 persen); dan Jerman US$465,4 juta (30,30 persen).
Dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Januari–April 2024, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh Tiongkok US$20.774,1 juta (35,22 persen); diikuti oleh Jepang US$4.262,3 juta (7,23 persen); dan Thailand US$3.270,7 juta (5,55 persen). Kontribusi yang cukup tinggi juga berasal dari kelompok negara ASEAN US$10.461,7 juta (17,74 persen) dan Uni Eropa US$3.635,9 juta (6,16 persen).
Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang
Pada April 2024, nilai impor seluruh golongan penggunaan barang mengalami penurunan dibandingkan Maret 2024. Penurunan tertinggi dialami oleh golongan bahan baku/penolong senilai US$1.226,1 juta (9,28 persen), diikuti oleh barang konsumsi US$443,1 juta (23,96 persen) dan barang modal US$235,4 juta (8,10 persen).
Selama Januari–April 2024, hanya golongan bahan baku/penolong yang mengalami penurunan senilai US$439,0 juta atau 0,84 persen. Sementara golongan barang konsumsi dan barang modal meningkat masing-masing senilai US$768,4 juta (12,55 persen) dan US$325,2 juta (2,76 persen).
Dilihat dari peranannya selama Januari–April 2024, golongan bahan baku/penolong mendominasi dengan nilai US$51.951,9 juta (73,22 persen), diikuti oleh barang modal US$12.112,2 juta (17,07 persen), dan barang konsumsi US$6.888,3 juta (9,71 persen).