• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Minggu, 15 Juni 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

Mengenang Bale Nyungcung Masjid Agung Bandung

Editor
Selasa, 10 Juni 2025 - 03:50
Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda.(Foto: Wikipedia)

Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda.(Foto: Wikipedia)

Bayangkan kita sedang berdiri di tengah Alun-Alun Bandung. Di hadapan kita, berdiri megah sebuah bangunan dengan kubah besar dan dua menara tinggi menjulang. Itulah Masjid Raya Bandung—tempat yang tak hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga saksi bisu perjalanan panjang sebuah kota.

Namun, tahukah kamu bahwa masjid ini dulunya hanyalah bangunan panggung sederhana? Mari kita menelusuri jejak waktu…

Tahun 1812, saat pusat Kota Bandung dipindahkan dari Krapyak ke lokasi yang sekarang, berdirilah Masjid Agung Bandung—nama awal dari Masjid Raya ini. Saat itu, masjid dibangun dari bahan-bahan yang sangat sederhana: tiang kayu, dinding anyaman bambu, atap rumbia, dan sebuah kolam besar untuk wudhu. Kolam ini bahkan pernah menjadi penyelamat, membantu memadamkan kebakaran hebat di Alun-Alun pada tahun 1825.

Setahun setelah peristiwa itu, dinding dan atap masjid diperkuat dengan bahan kayu. Waktu terus berjalan. Pada tahun 1850, saat Jalan Groote Postweg—kini dikenal sebagai Jalan Asia Afrika—dibangun, masjid pun diperluas. Bupati R.A. Wiranatakusumah IV memerintahkan agar atap rumbia diganti dengan genteng dan dindingnya menjadi tembok bata.

Kemegahan masjid ini begitu mengagumkan hingga pelukis Inggris, W. Spreat, mengabadikannya dalam lukisan pada tahun 1852. Dalam karya itu, tampak atap limas bersusun tiga yang menjulang tinggi—masyarakat menyebutnya “bale nyungcung”.

Transformasi terus berlanjut. Tahun 1875, pondasi dan pagar masjid diperkuat. Lalu memasuki tahun 1900, bangunan kembali diperbarui untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan—dari pengajian, perayaan hari besar Islam, hingga akad nikah. Mihrab dan pawestren pun ditambahkan.

Pada tahun 1930, dua menara dibangun di kiri dan kanan masjid. Menaranya dirancang dengan bentuk atap yang menyerupai “nyungcung”, memberi ciri khas yang kuat pada wajah Masjid Agung Bandung kala itu.

Namun, menjelang Konferensi Asia Afrika tahun 1955, masjid ini mengalami perubahan besar. Di bawah rancangan Presiden Soekarno, atap nyungcung diganti dengan kubah bergaya Timur Tengah berbentuk “bawang”, dan bagian menara serta pawestren dirobohkan. Ruang utama diperbesar agar bisa menampung tamu negara yang akan melaksanakan salat di sana.

Sayangnya, kubah bawang ini tak bertahan lama. Hantaman angin merusaknya, dan setelah sempat diperbaiki, akhirnya pada tahun 1970 diganti lagi.

Tahun 1973, masjid kembali direnovasi. Kali ini, ruang dalam diperluas, dibuat bertingkat, dan dilengkapi basement untuk wudhu, kantor DKM, serta mezanin. Kubah berbentuk Joglo menjadi simbol harmonisasi budaya lokal dan Islam.

Puncak perubahan terjadi pada tahun 2001. Ini bukan sekadar renovasi, tapi penataan ulang besar-besaran Alun-Alun Bandung dan masjid sebagai satu kesatuan. Pada tanggal 25 Februari 2001, peletakan batu pertama dilakukan. Butuh 829 hari—lebih dari dua tahun—untuk menyelesaikan pembangunan hingga akhirnya diresmikan pada 4 Juni 2003, dan kawasan ini dinyatakan rampung pada 13 Januari 2004.

Sejak saat itu, Masjid Agung Bandung resmi berganti nama menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat. Namun, di hati masyarakat Bandung, nama lamanya tetap hidup: Masjid Agung Bandung.

Sebuah bangunan yang tumbuh bersama waktu. Dari panggung kayu sederhana, hingga menjadi ikon keislaman dan budaya di jantung Kota Bandung.

Tags: bale nyungcungmasjid agung bandungmasjid raya bandung jawa barat

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.