BANDUNG – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia untuk memasuki pasar global. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memfasilitasi pelaku IKM agar dapat memahami kebutuhan pasar ekspor dan kualitas produk yang diinginkan oleh buyer.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan bahwa Kemenperin aktif bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui program Sentra IKM Desa Devisa. “Kami aktif melakukan sinergi dengan berbagai stakeholders untuk meningkatkan kapasitas IKM agar dapat bersaing di pasar internasional,” ujar Reni dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (3/3).
Program Sentra IKM Desa Devisa ini, yang diinisiasi oleh LPEI/Indonesia Eximbank, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan mengembangkan komoditas unggulan desa. Program ini juga sejalan dengan upaya Ditjen IKMA dalam meningkatkan kemampuan IKM melalui pendekatan sentra. “Kami berharap program ini dapat meningkatkan kemampuan IKM dalam melakukan ekspor sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang diinginkan oleh buyer,” tambahnya.
Salah satu contoh keberhasilan program ini adalah Desa Temon di Kabupaten Pacitan, yang ditetapkan oleh LPEI sebagai Desa Devisa dengan produk unggulan gula aren. Desa ini memiliki IKM champion, yaitu CV. Agro Temon Lestari, yang telah bermitra dengan 100 perajin gula aren setempat. Jumlah perajin yang bekerja sama dengan CV. Agro Temon Lestari terus berkembang sejak pertama kali bermitra pada tahun 2021.
Pada tahun 2024, Ditjen IKMA bekerja sama dengan LPEI untuk menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung peningkatan daya saing produk gula aren di Sentra IKM Desa Devisa. Fasilitas tersebut antara lain berupa pendampingan teknis produksi dan sistem keamanan pangan, serta penyediaan mesin dan peralatan produksi seperti oven, meja sortasi stainless steel, dan mesin kristalisator. “Kami berharap dengan berbagai fasilitas ini, produk gula aren dari Desa Temon dapat menembus pasar ekspor,” ungkap Reni.
Keberhasilan pembinaan ini telah terbukti, salah satunya dengan keikutsertaan CV. Agro Temon Lestari dalam pameran berskala internasional seperti Trade Expo Indonesia 2024 dan pameran di Jepang. Pada tahun 2025, perusahaan tersebut melakukan ekspor perdana ke Belanda dengan mengirimkan 5.000 kemasan pouch 200 gram gula aren. Permintaan ekspor pun terus meningkat.
Agro Temon Lestari juga telah memperoleh berbagai sertifikasi internasional seperti Global Standards (GS) 1, Halal, Good Manufacturing Practice (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Japanese Agriculture Standards (JAS), dan United States Department of Agriculture (USDA), yang mempermudah akses mereka ke pasar global.
Saat ini, perusahaan tersebut sedang menjajaki pasar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan mempersiapkan sertifikasi General Administration of Customs of China (GACC), yang merupakan syarat bagi perusahaan yang ingin mengekspor produk pangan ke RRT.
Bayu Fajar Nugoroho, Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, menambahkan bahwa keberhasilan produk gula aren dari Desa Temon membuktikan efektivitas sinergi antara Ditjen IKMA, LPEI, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. “Kolaborasi ini memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan usaha produksi gula aren, dan ke depan kami berharap dapat melakukan pembinaan serupa di daerah lain yang memiliki potensi produk ekspor,” jelas Bayu.
Ke depan, pembinaan di Sentra IKM Desa Devisa akan terus dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan produk, kelembagaan, infrastruktur, dan dukungan Pemerintah Daerah. “Identifikasi yang tepat akan memastikan bahwa pembinaan yang dilakukan dapat optimal dan tepat sasaran,” tutup Bayu.