BANDUNG – Nilai impor Indonesia pada September 2024 tercatat mencapai US$18,82 miliar, mengalami penurunan sebesar 8,91 persen dibandingkan Agustus 2024, namun naik 8,55 persen dibandingkan September 2023.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) impor migas pada bulan September 2024 senilai US$2,53 miliar, turun 4,53 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan mengalami penurunan signifikan sebesar 24,04 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, impor nonmigas mencapai US$16,30 miliar, turun 9,55 persen dari Agustus 2024, tetapi meningkat 16,29 persen dibandingkan dengan September 2023.
Dari sepuluh golongan barang utama nonmigas, mesin dan perlengkapan elektrik mengalami penurunan terbesar dengan nilai US$342,1 juta (14,48 persen) dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi lain, golongan instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis mencatat peningkatan terbesar sebesar US$33,5 juta (9,21 persen).
Selama periode Januari hingga September 2024, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar adalah Tiongkok dengan nilai US$51,38 miliar (35,65 persen), Jepang US$10,53 miliar (7,31 persen), dan Australia US$7,32 miliar (5,08 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$25,67 miliar (17,81 persen), sedangkan dari Uni Eropa sebesar US$9,43 miliar (6,54 persen).
Secara keseluruhan, nilai impor menurut golongan penggunaan barang dari Januari hingga September 2024 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Golongan bahan baku dan penolong meningkat tertinggi sebesar US$4.726,5 juta (3,94 persen), diikuti oleh barang modal yang naik US$953,5 juta (3,31 persen) dan barang konsumsi sebesar US$667,9 juta (4,26 persen).
Neraca perdagangan Indonesia pada September 2024 mengalami surplus sebesar US$3,26 miliar, terutama berasal dari sektor nonmigas yang mencatat surplus US$4,62 miliar. Sementara itu, sektor migas mengalami defisit senilai US$1,36 miliar.