SATUJABAR, BANDUNG — Kontroversi larangan study tour berbuntut pencopotan Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Depok oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menuai kritikan. Kritikan tidak diambil pusing oleh Dedi Mulyadi, karena tindakan yang diambilnya untuk kebaikan semua, terutama siswa dan orangtuanya.
Kontroversi larangan study tour berbuntut pencopotan Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Depok oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Pihak sekolah (SMA Negeri 6 Kota Depok) tidak mengindahkan larangan gubernur, dengan tetap memberangkatkan sebanyak 347 siswanya pergi study tour ke Surabaya dan Malang, Jawa Timur, serta Bali.
Berbagai tanggapan, kritikan, dan tidak sedikit yang mendukung atas tindakan tegas dari Gubernur Jawa Barat tersebut. Menanggapi kritikan ditujukan kepada dirinya, Dedi Mulyadi tidak mau ambil pusing, alasannya untuk kebaikan bersama, terutama orangtua dan siswa.
“Saya tidak ada masalah dicacimaki, dibilang Dedi Mulyadi atau apapun. Saya ini sama sebagai orang tua, tindakan yang saya lakukan untuk kebaikan semua,” ujar Dedi dikutip dari akun Instagram pribadi Dedi Mulyadi, @dedimulyadi71, Selasa (25/02/2025).
Dedi menegaskan, larangan sekolah mengadakan study tour, bertujuan untuk mengurangi beban finansial orangtua siswa. Biaya perjalanan (study tour) tersebut bisa menjadi tekanan berat bagi keluarga, dalam hal ini orangtua, dengan kondisi ekonomi yang terbatas.
“Anda para siswa yang kaya-kaya, mungkin tidak ada masalah dengan keuangan keluarga. Tapi sebaliknya, bagi mereka, orang tuanya hidup pas-pasan, buat makan susah, menimbulkan beban utang, bank emok, pinjol, bank keliling,” kata Dedi.
Dalam pernyataannya, Dedi mempertanyakan alasan mengadakan study tour ke luar Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan kunjungan industri. Padahal, di Jawa Barat sendiri banyak memiliki kawasan industri yang dapat dijadikan sebagai destinasi pembelajaran siswa.
“Kawasan industri di Jawa Barat itu paling banyak. Orang-orang dari Jawa Tengah, Jawa Timur bekerja di kawasan industri Jawa Barat. Kok orang Jawa Barat study-nya ke luar Jawa Barat?” ungkap Dedi.
Sebelumnya, meski sudah ada larangan study tour ke luar Jawa Barat, sebanyak 347 siswa SMA Negeri 6 Kota Depok, tetap diberangkatkan dengan biaya yang dibebankan Rp.3,8 juta setiap siswa melalui sistem subsidi silang. Daerah yang menjadi tujuan study tour ke Surabaya dan Malang, Jawa Timur, kemudian sebelum pulang mampir ke Bali.
Sesaat setelah resmi dilantik menjadi Gubernur Jawa Barat, Dedi langsung mencopot SF dari jabatan Kepala SMA Negeri 6 Kota Depok. Dedi bertindak tegas atas larangan sebagai aturan yang telah ditetapkan dan seharusnya dihormati sekolah, tidak diindahkan.
“Kepala Sekolah diberhentikan. Apa tindakannya? Kami sudah memerintahkan UPTD dan Inspektorat untuk menelusuri sejauh mana pelanggaran yang dilakukan. Kami tidak segan melakukan pemberhentian sementara maupun permanen,” tegas Dedi. Meski dicopot dari jabatan kepala sekolah, yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas sebagai guru di sekolahnya.
Tindakan tegas tersebut mengundang reaksi beragam, namun Dedi tetap teguh dengan keputusannya dan yakin kebijakannya demi kepentingan bersama dan jangka panjang.
“Saat ini mungkin banyak yang marah, tetapi suatu hari nanti mereka akan memahami, ini langkah terbaik untuk menciptakan arah pendidikan yang lebih jelas,” tutup Dedi.(chd).