Berita

Burung Hantu Tyto Alba, Senjata Baru Atasi Hama Tikus di Sawah

BANDUNg – Upaya pengendalian hama pertanian di Indonesia kini mulai bergeser dari ketergantungan pada racun kimia menuju pendekatan berbasis ekologi. Salah satu metode yang semakin banyak diadopsi adalah pemanfaatan burung hantu Tyto alba sebagai predator alami tikus, hama yang selama ini menjadi ancaman serius bagi hasil pertanian.

Burung hantu Tyto alba dinilai efektif dalam menjaga keseimbangan populasi tikus di lahan pertanian, tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan bahan kimia. Spesies ini dikenal adaptif terhadap iklim tropis dan tidak agresif terhadap manusia, menjadikannya pilihan ideal dalam strategi pengendalian hama yang ramah lingkungan.

“Dalam kondisi normal, seekor Tyto alba dewasa mampu memangsa beberapa ekor tikus per malam. Ini berkontribusi signifikan dalam mengontrol populasi hama secara alami,” kata Yudhistira Nugraha, Peneliti Ahli Madya sekaligus Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat dihubungi Kamis (10/4) dikutip dari situs BRIN.

Namun, Yudhistira mengingatkan bahwa keberadaan predator alami saja tidak cukup untuk menangani ledakan populasi tikus (outbreak). Menurutnya, diperlukan strategi pengendalian yang komprehensif dan terpadu.

“Pendekatan terpadu yang menggabungkan metode mekanik seperti grobyokan, pengemposan sarang, dan penggunaan sistem trap barrier harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan respons cepat. Setelahnya, barulah predator alami seperti Tyto alba mengambil peran menjaga kestabilan,” jelasnya.

 

Pengelolaan dan Konservasi Burung Hantu

Penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama juga memerlukan pengelolaan yang cermat. Jika jumlah Tyto alba tidak dikendalikan dan stok mangsanya menipis, burung ini dapat beralih memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil.

“Jika tidak diawasi, hal ini bisa memicu gangguan terhadap keseimbangan ekosistem lokal. Karena itu, pemantauan dan pengaturan populasi secara berkelanjutan sangat penting,” tambah Yudhistira.

Salah satu praktik konservasi yang mendukung efektivitas metode ini adalah penyediaan rumah burung hantu (Rubuha). Rubuha berupa kotak sarang yang dipasang di atas tiang setinggi 4 hingga 5 meter di lahan pertanian. Karena Tyto alba tidak membangun sarangnya sendiri, fasilitas ini menjadi krusial bagi proses berkembang biak mereka.

Setiap Rubuha biasanya ditempatkan dalam jarak 100 hingga 200 meter, menyesuaikan dengan luas lahan dan untuk menghindari tumpang tindih wilayah jelajah yang mencapai 12–25 hektare per pasang burung hantu.

 

Pelatihan dan Adaptasi Sebelum Dilepas

Sebelum dilepas ke alam bebas, burung hantu umumnya ditangkarkan dan dilatih terlebih dahulu di kandang karantina. Dalam fase ini, mereka dikenalkan dengan tikus hidup sebagai pakan alami, untuk memastikan kemampuan berburu yang mandiri saat dilepas di lingkungan pertanian.

“Fase adaptasi ini sangat penting agar burung tidak bergantung pada manusia dan mampu berburu tikus secara alami. Pemantauan tetap diperlukan, terutama saat populasi tikus menurun drastis, agar Tyto alba tidak memangsa satwa non-target,” ujar Yudhistira.

 

Perlu Dukungan Petani dan Pemerintah

Yudhistira menegaskan bahwa keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif petani, edukasi berkelanjutan, serta dukungan kebijakan dari pemerintah. Bantuan dalam penyediaan Rubuha dan pemantauan populasi burung menjadi bagian penting dari ekosistem pertanian yang berkelanjutan.

“Sinergi konservasi yang terintegrasi dengan strategi pengendalian hama terpadu adalah masa depan sistem pertanian modern. Ini cara terbaik melindungi hasil panen tanpa merusak lingkungan,” pungkasnya.

Editor

Recent Posts

6 Pengeroyok ‘Samson’ di Sukabumi Divonis 6 Bulan-1,5 Tahun Penjara

SATUJABAR, SUKABUMI--Enam pelaku pengeroyokan yang menewaskan Suherman alias Samson hingga tewas di Kabupaten Sukabumi, Jawa…

59 menit ago

Duel Maut Siswa SMP di Cianjur, Satu Tewas Terjatuh dari Atas Jembatan Sungai

SATUJABAR, CIANJUR--Empat siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terlibat…

5 jam ago

Harga Emas Antam Rabu 23/7/2025 Rp 1.970.000 Per Gram

SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Rabu 23/7/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…

8 jam ago

Legenda Bulu Tangkis Iie Sumirat Tutup Usia, Wamenpora Taufik: Almarhum Guru dan Sosok Panutan Bulu Tangkis Indonesia

Nama Iie Sumirat mulai mencuat di era 1970-an sebagai tunggal putra andalan tim bulutangkis Indonesia.…

8 jam ago

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Legenda Bulu Tangkis Indonesia Iie Sumirat Wafat di Usia 74 Tahun

BANDUNG – Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, legenda bulu tangkis Indonesia, Iie Sumirat meninggal pada…

8 jam ago

RI-Kamboja Perkuat Kerja Sama Tangani Penipuan Daring, 339 WNI Terjaring Operasi Gabungan

PHNOM PENH - Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Kamboja, Dr. Santo Darmosumarto, melakukan pertemuan…

9 jam ago

This website uses cookies.