• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Minggu, 26 Oktober 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

Burung Hantu Tyto Alba, Senjata Baru Atasi Hama Tikus di Sawah

Editor
Jumat, 11 April 2025 - 06:53
Burung hantu Tyto alba (foto: Irfan - POPT Bantul)

Burung hantu Tyto alba (foto: Irfan - POPT Bantul)

BANDUNg – Upaya pengendalian hama pertanian di Indonesia kini mulai bergeser dari ketergantungan pada racun kimia menuju pendekatan berbasis ekologi. Salah satu metode yang semakin banyak diadopsi adalah pemanfaatan burung hantu Tyto alba sebagai predator alami tikus, hama yang selama ini menjadi ancaman serius bagi hasil pertanian.

Burung hantu Tyto alba dinilai efektif dalam menjaga keseimbangan populasi tikus di lahan pertanian, tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan bahan kimia. Spesies ini dikenal adaptif terhadap iklim tropis dan tidak agresif terhadap manusia, menjadikannya pilihan ideal dalam strategi pengendalian hama yang ramah lingkungan.

“Dalam kondisi normal, seekor Tyto alba dewasa mampu memangsa beberapa ekor tikus per malam. Ini berkontribusi signifikan dalam mengontrol populasi hama secara alami,” kata Yudhistira Nugraha, Peneliti Ahli Madya sekaligus Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat dihubungi Kamis (10/4) dikutip dari situs BRIN.

Namun, Yudhistira mengingatkan bahwa keberadaan predator alami saja tidak cukup untuk menangani ledakan populasi tikus (outbreak). Menurutnya, diperlukan strategi pengendalian yang komprehensif dan terpadu.

“Pendekatan terpadu yang menggabungkan metode mekanik seperti grobyokan, pengemposan sarang, dan penggunaan sistem trap barrier harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan respons cepat. Setelahnya, barulah predator alami seperti Tyto alba mengambil peran menjaga kestabilan,” jelasnya.

 

Pengelolaan dan Konservasi Burung Hantu

Penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama juga memerlukan pengelolaan yang cermat. Jika jumlah Tyto alba tidak dikendalikan dan stok mangsanya menipis, burung ini dapat beralih memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil.

“Jika tidak diawasi, hal ini bisa memicu gangguan terhadap keseimbangan ekosistem lokal. Karena itu, pemantauan dan pengaturan populasi secara berkelanjutan sangat penting,” tambah Yudhistira.

Salah satu praktik konservasi yang mendukung efektivitas metode ini adalah penyediaan rumah burung hantu (Rubuha). Rubuha berupa kotak sarang yang dipasang di atas tiang setinggi 4 hingga 5 meter di lahan pertanian. Karena Tyto alba tidak membangun sarangnya sendiri, fasilitas ini menjadi krusial bagi proses berkembang biak mereka.

Setiap Rubuha biasanya ditempatkan dalam jarak 100 hingga 200 meter, menyesuaikan dengan luas lahan dan untuk menghindari tumpang tindih wilayah jelajah yang mencapai 12–25 hektare per pasang burung hantu.

 

Pelatihan dan Adaptasi Sebelum Dilepas

Sebelum dilepas ke alam bebas, burung hantu umumnya ditangkarkan dan dilatih terlebih dahulu di kandang karantina. Dalam fase ini, mereka dikenalkan dengan tikus hidup sebagai pakan alami, untuk memastikan kemampuan berburu yang mandiri saat dilepas di lingkungan pertanian.

“Fase adaptasi ini sangat penting agar burung tidak bergantung pada manusia dan mampu berburu tikus secara alami. Pemantauan tetap diperlukan, terutama saat populasi tikus menurun drastis, agar Tyto alba tidak memangsa satwa non-target,” ujar Yudhistira.

 

Perlu Dukungan Petani dan Pemerintah

Yudhistira menegaskan bahwa keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif petani, edukasi berkelanjutan, serta dukungan kebijakan dari pemerintah. Bantuan dalam penyediaan Rubuha dan pemantauan populasi burung menjadi bagian penting dari ekosistem pertanian yang berkelanjutan.

“Sinergi konservasi yang terintegrasi dengan strategi pengendalian hama terpadu adalah masa depan sistem pertanian modern. Ini cara terbaik melindungi hasil panen tanpa merusak lingkungan,” pungkasnya.

Tags: burung hantuBurung Hantu Tyto Albahama tikusPertaniansawah

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.