BANDUNG – BRIN tuan rumah pertemuan perubahan global.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tuan rumah pertemuan antarpemerintah, The 26th Intergovernmental Meeting of the Asia Pacific Network for Global Change Research 2024, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Kamis (13/6).
Kegiatan ini bertujuan merencanakan sekaligus menguatkan kerja sama riset dan pengembangan kapasitas untuk perubahan global.
Asia Pacific Network for Global Change Research (APN) adalah sebuah jaringan yang terlibat dengan pemerintah, lembaga penelitian, ilmuwan, dan praktisi yang tersebar di 22 negara anggota.
Di tahun 2022, APN telah menyelesaikan 24 proyek penelitian dan memiliki lebih dari 7.600 kontributor lintas disiplin dan lintas sektor.
Visi APN yaitu komunitas Asia-Pasifik yang dinamis dan responsif dalam mengatasi perubahan dan keberlanjutan global, melalui penelitian inovatif dan transdisipliner.
Serta, aktivitas pengembangan kapasitas yang mendukung pengembangan dan implementasi kebijakan. Selain itu juga meningkatkan peran organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta.
“Beberapa kegiatan inti dari APN adalah penelitian regional, pengembangan kemampuan, dan keterkaitan sains-kebijakan (science-policy linkages),” kata Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito.
Dia menjelaskan, APN memiliki berbagai program, seperti penelitian regional kolaboratif (Collaborative Regional Research Programme/CRRP).
“APN mempromosikan penelitian regional yang berpotensi untuk mengubah pemahaman bersama terkait perubahan global dan dampaknya dalam kontribusi dasar ilmiah yang kuat, untuk pembuatan kebijakan di bidang-bidang yang terkena dampak perubahan global,” jelas Mego.
Sebagai contoh, proyek Enhancing Climate Projections and Adaptation Strategies in Southeast Asia through High-Resolution Data and Collaborative Research, merupakan penelitian berbasis data citra satelit resolusi tinggi (5 kilometer) yang menganalisis Mekong, Mindanao, Pulau Jawa, dan Peninsula Malaysia. Penelitian ini meningkatkan kapasitas untuk memprediksi dan mengelola fenomena iklim esktrem.
“Proyek ini bermanfaat bagi Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam dengan menyediakan kumpulan data yang mendukung pengembangan kebijakan, ketahanan, dan strategi adaptasi,” tutur Mego.
Pengembangan kapasitas
Pengembangan kapasitas, lanjut dia, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ilmuwan, pembuat kebijakan, dan praktisi dalam menilai isu perubahan global. Juga mengeksplorasi opsi untuk menyelesaikan isu-isu menuju pencapaian keberlanjutan.
Melalui program CAPaABLE, APN mendukung kegiatan yang meningkatkan kapasitas di tingkat individu, organisasi, dan sistem.
Dalam hal keterkaitan sains-kebijakan, APN bekerja sama dengan pemerintah, tim proyek, dan organisasi mitra internasional untuk mengembangkan produk pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, dan menciptakan lingkungan pemberdayaan yang kondusif untuk meningkatkan interaksi sains-kebijakan.
Indonesia telah memperoleh manfaat dari keanggotaan pada organisasi riset internasional APN, dimana selama 2019-2023 terdapat 22 collaborative projects yang didanai APN yang melibatkan para periset Indonesia dari lembaga riset dan perguruan tinggi, baik sebagai project leaders maupun projects collaborators.
Acara APN Intergovernmental Meeting and Associated Meetings ini terbagi menjadi beberapa sesi, yaitu pertemuan komite, pertemuan antar pemerintah, pertemuan subkomite regional, dan sesi poster.
Sesi interaktif
Dalam pertemuan antarpemerintah terdapat beberapa sesi interaktif. Diantaranya, Indonesia akan mengangkat topik “Climate Change, Disaster Resilience, and Environmental Problems in Coastal Areas”.
Topik ini sangat relevan bagi Indonesia dan Asia Tenggara yang sangat rentan terhadap bencana terkait iklim dan permasalahan lingkungan, khususnya di wilayah pesisir.
“Pertemuan ini dapat menjadi ajang penguatan dan perluasan jejaring bagi para periset di lingkungan BRIN maupun di Indonesia, khususnya terkait lingkungan, iklim, dan lainnya,” kata Mego.
Selain itu, sesi interaktif akan diisi dengan peluncuran buku APN, yakni “Climate Change Adaptation, Disaster Risk Reduction, and Loss & Damage”.