Arab Saudi berupaya untuk mengurangi atau melakukan rasionalisasi petugas haji.
JAKARTA — Ketua Komnas Haji Mustolih Siradj mengungkapkan, pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) sedang melakukan lobi-lobi agar Indonesia mendapatkan tambahan kuota petugas haji 2025. Arab Saudi memberikan kuota petugas haji sebesar 2.100 sementara Indonesia berharap 4.200 seperti tahun-tahun sebelumnya.
Mustolih mengatakan, terkait dengan kebijakan dari pemerintah Arab Saudi untuk melakukan pengurangan petugas haji, sebenarnya sudah disampaikan sejak beberapa tahun lalu terutama setelah pandemi Covid-19. Tahun 2023 dan 2024 sebetulnya kebijakan pengurangan petugas haji juga sudah disampaikan Arab Saudi.
“Hanya kemudian dengan kepiawaian jajaran di Kementerian Agama dan khususnya di Dirjen PHU itu kemudian berhasil meyakinkan pemerintah Arab Saudi untuk kemudian memberikan kelonggaran kepada misi haji Indonesia untuk diberikan tambahan petugas sebagaimana sebelum pandemi,” kata Mustolih, Rabu (12/3)
Dia mengatakan, sampai hari ini memang lobi-lobi yang dilakukan oleh Menteri Agama (Menag) dan jajarannya memang belum menemukan titik terang. Belum mendapatkan target yang dicanangkan.
Arab Saudi berupaya untuk mengurangi atau melakukan rasionalisasi petugas haji. Sekarang mereka mulai mengandalkan atau mengedepankan teknologi AI yang bisa membuat rasionalisasi petugas haji.
“Saya kira ini (lobi-lobi ke Arab Saudi) perlu tetap harus dilakukan oleh Menteri Agama dan jajarannya sampai kemudian menjelang kick-off penerbangan jamaah haji kloter terpertama yang nanti akan dilakukan tanggal 2 Mei 2025,” ujar Mustolih.
Dia mengatakan, terkadang pemerintah Arab Saudi memberikan quota tambahan di waktu terakhir. Komnas Haji masih optimis dengan perjuangan Menteri Agama dan jajarannya untuk meyakinkan pihak Arab Saudi agar menambah kuota petugas haji.
Mustolih menambahkan, kalau pada akhirnya ikhtiar itu tidak berhasil, Kementerian Agama perlu membuat skenario atau plan B bahkan skenario terburuk, bagaimana memaksimalkan kinerja 2.100 petugas haji.
“Nah, tentu memang kalau kondisinya seperti itu, itu memang sangat tidak ideal, ini saya kira memang memerlukan kerja keras yang luar biasa kalau misalnya petugasnya hanya di angka 2.000-an,” ujarnya.
Mustolih mengungkapkan, bisa membayangkan 4.200 petugas haji saja masih sangat kewalahan, terutama saat puncak penyelenggaraan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina.
“Nah, ini saya kira menjadi tantangan tersendiri dan bisa menjadi titik lemah dan titik krusial bagi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 ini,” ujarnya.
Padahal, dikatakan dia, haji tahun 2025 sering disebut sebagai haji terakhir yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Karena tahun depan akan berpindah ke badan haji sebagai penyelenggaranya.
“Nah, ini saya kira harus menjadi perhatian betul oleh karena itu saya kira petugas yang lulus nanti saya kira juga harus betul-betul lulus seleksi yang tidak main-main dan harus betul-betul ketat mereka yang secara fisik kuat, memahami manasik dan bisa menyesuaikan medan yang ada di Arab Saudi,” jelas Mustolih.
Mustolih mengatakan bahwa bisa memahami jika sampai hari ini belum ada pengumuman petugas haji yang lulus seleksi. “Nah, ini saya kira dugaan saya faktornya adalah salah satunya adalah adanya juga terkait dengan pemangkasan jumlah petugas haji yang dilakukan oleh Arab Saudi,” ujarnya. (yul)