BANDUNG: Ancaman resesi sepertinya sudah menggema di mana-mana sehingga perlu disikapi secara serius.
Menghadapi isu ancaman resesi yang akan menghantam di tahun 2023, Pemerintah Kota Bandung berupaya mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi masyarakat.
Kondisi Kota Bandung pada bulan September 2022 terjadi inflasi sebesar 0,91 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 112,85.
Jawa Barat terjadi inflasi sebesar 1,21 persen, sedangkan nasional terjadi inflasi sebesar 1,17 persen.
Namun, demikian angka inflasi Kota Bandung masih di bawah angka inflasi Provinsi Jawa Barat dan Nasional.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Pada tahun 2021 ekonomi tumbuh 3,76 persen, sementara 2020 mengalami kontraksi -2,28 persen.
Membaiknya pertumbuhan ekonomi salah satunya karena target vaksinasi melebihi 100 persen.
Sehingga pandemi Covid-19 di Kota Bandung dapat dikendalikan.
“Resesi jelas bukanlah kondisi yang menguntungkan bagi perekonomian. Saat resesi ekonomi terjadi hampir semua jenis bisnis baik yang berskala besar maupun berskala kecil akan terkena dampaknya,” ujar Ema dalam Diskusi Prediksi Resesi di Balai Kota Bandung, Rabu, 12 Oktober 2022.
Hal ini bisa diperparah dengan kondisi kredit kian ketat, sehingga permintaan atau pengajuan permohonannya menurun atau menjadi lebih lambat.
Kondisi tersebut menciptakan kekhawatiran, ketidakpastian dan ketakutan secara umum.
“Resesi ekonomi tidak hanya berpengaruh terhadap pemerintah, tapi juga perusahaan maupun kehidupan individu. Perusahaan bisa bangkrut, akan banyak yang di PHK, sehingga jumlah pengangguran meningkat,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, anggaran program-program dan kegiatan prioritas dari seluruh sektor pembangunan harus dikaitkan juga dengan upaya penurunan angka kemiskinan, pengangguran terbuka, dan kesenjangan pendapatan.
Beberapa langkah untuk mengantisipasi resesi ekonomi di antaranya memaksimalkan belanja pemerintah, pemberian bantuan/stimulus bagi UMKM, dan memberikan kemudahan dalam pelayanan perizinan untuk investasi.
“Pemkot Bandung juga telah menyusun program kegiatan yang menunjang terhadap pengendalian inflasi, bisa dengan mengandalkan pendapatan lewat jasa. Kita juga harus memprioritaskan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” akunya.
TIDAK TERLALU PARAH
Dalam diskusi ini hadir pula Direktur Eksekutif Indef (Insitute for Development of Economics and Finance), Tauhid Ahmad.
Ia menyatakan, perekonomian daerah akan mengalami penurunan, tapi tidak separah saat awal pandemi Covid-19 tahun 2020-2021.
“Memang tidak akan separah awal pandemi, tapi tetap akan ada penurunan dibandingkan tahun ini,” ungkap Tauhid.
Menurutnya, sektor yang akan sangat terpengaruh adalah dari sisi ekspor dan konsumsi rumah tangga.
“Dari sisi ekspor turun jadi 8 persen. Investasi turun 6,1 persen, dan konsumsi rumah tangga menurun 5 peren,” paparnya.
Ia berharap, Pemkot Bandung bisa menaikkan konsumsi pemerintah. Salah satunya dengan mengelola volatile food untuk mengatasi inflasi.