BANDUNG – Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan komitmen Kota Bandung sebagai pusat solidaritas dunia bagi kemerdekaan Palestina. Pernyataan itu disampaikan dalam Konferensi Pemuda Indonesia untuk Gaza Palestina yang digelar di Gedung Merdeka, Sabtu (12/7). Farhan menekankan bahwa dukungan terhadap Palestina bukan hanya soal sejarah, tetapi merupakan janji kemerdekaan yang harus terus diperjuangkan.
“Ini bukan hanya soal mengenang sejarah. Ini soal melanjutkan janji kemerdekaan yang kita buat 70 tahun lalu, dan sampai sekarang belum kita tunaikan kepada Palestina,” tegas Farhan dalam pidatonya dilansir Humas Kota Bandung.
Farhan juga mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak, termasuk DPR RI melalui Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta lembaga-lembaga akademik dan keagamaan yang turut hadir.
Menurutnya, diplomasi internasional tidak cukup hanya dilakukan oleh negara, tetapi juga harus diperkuat oleh gerakan rakyat. “Diplomasi rakyat adalah kekuatan terbesar kita. Kota Bandung siap terus menjadi tempat aspirasi dan solidaritas dari seluruh dunia,” ujarnya.
Ia mengingatkan kembali semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang menjadikan Bandung simbol perjuangan dunia pasca-perang. “Tekad para pendiri bangsa waktu itu bukan tekad kaleng-kaleng. Dan kita, para pemuda hari ini, punya tanggung jawab untuk menjaganya tetap hidup,” tambah Farhan.
Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, menyebut kegiatan ini sebagai hasil kerja kolektif luar biasa. Ia menegaskan bahwa DPR RI akan terus menjadi rumah bagi perjuangan rakyat Palestina.
“Sudah tiga kali kita kumpulkan 125 organisasi dan lembaga kemanusiaan. Ini bukti konkret bahwa kita tidak berhenti hanya di wacana,” ujarnya.
Konferensi ini digagas oleh para pemuda Indonesia dengan pendekatan inovatif dan partisipatif. Ketua pelaksana, Luthfie Maula Alfianto, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keresahan dan semangat untuk turut ambil peran.
“Kami sadar kami belum punya kuasa, tapi kami punya gagasan dan tekad. Dari situ lahirlah konferensi ini,” kata Luthfie.
Konferensi ini terdiri dari empat fase kegiatan, mulai dari sayembara ide yang menjaring 117 solusi dari pemuda Indonesia, proses kurasi oleh juri, FGD, hingga pra-konferensi daring. Dari proses tersebut, terpilih tujuh solusi nyata yang akan dilaksanakan bersama oleh para peserta.
“Konferensi ini bukan seremoni. Ini adalah awal dari gerakan konkret pemuda Indonesia. Kami tidak ingin berhenti di ruangan ini saja,” tegasnya.
Konferensi ini menandai kebangkitan diplomasi rakyat dari Bandung, sebagai bentuk solidaritas nyata terhadap perjuangan bangsa Palestina di kancah Asia Afrika.