Harga minyak sedikit melemah pada awal perdagangan di Asia, Selasa (8/10), setelah pelaku pasar mulai mengambil keuntungan. Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam sebulan terakhir, dipicu kekhawatiran akan potensi konflik di Timur Tengah.
Ketegangan di Timur Tengah melonjak setelah Hizbullah, dengan dukungan Iran, meluncurkan roket ke Haifa, kota terbesar ketiga di Israel. Israel terlihat bersiap memperluas serangan ke Lebanon, setahun setelah serangan Hamas terhadap Israel memicu perang di Gaza.
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 23 sen atau 0,3 persen, menjadi US$80,70 per barel pada pukul 00.29 GMT. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan 20 sen atau 0,3 persen, menjadi US$76,94 per barel.
Kedua kontrak mencatat kenaikan lebih dari 3 persen pada Senin lalu, mencapai level tertinggi sejak akhir Agustus. Hal ini melanjutkan tren positif pekan sebelumnya, di mana keduanya melonjak lebih dari 8 persen, menandai keuntungan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun.
Lonjakan harga dipicu oleh serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober. Israel kemudian bersumpah akan melakukan pembalasan dan sedang mempertimbangkan berbagai opsi, dengan fasilitas minyak Iran dipandang sebagai salah satu target potensial.
Meski demikian, sejumlah analis meragukan kemungkinan serangan terhadap infrastruktur minyak Iran. Mereka juga memperingatkan bahwa harga minyak berpotensi mengalami penurunan signifikan jika Israel memilih untuk memfokuskan serangannya pada target lain.
Survei Reuters memproyeksikan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 1,9 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 4 Oktober. Institut Perminyakan Amerika dijadwalkan merilis data stok minyak mentah pada Selasa pukul 20.30 GMT, sementara data resmi dari Badan Informasi Energi akan diumumkan pada Rabu mendatang.(nza)
© 2022 SATUJABAR.COM