• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Kamis, 11 September 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

BRIN Rencana Bangun Teleskop Radio di Timau

Editor
Sabtu, 08 Juni 2024 - 07:08
BRIN rencana bangun teleskop radio di Timau, menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farahhati Mumtahana.

BRIN rencana bangun teleskop radio di Timau, menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farahhati Mumtahana.(IMAGE: BRIN)

BANDUNG – BRIN rencana bangun teleskop radio di Timau, menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farahhati Mumtahana.

Farahhati menyampaikan hasil kajian potensi pembangunan teleskop radio di Indonesia, pada Jurnal Review edisi 5, Rabu (5/6/2024).

Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya teleskop radio di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara. Observatorium Nasional Timau telah mempertimbangkan program pengembangan teleskop radio.

Teleskop radio yang direncanakan memiliki diameter piringan tunggal sekitar 20 meter, dengan rentang frekuensi 1 hingga 50 gigahertz. Farah mengungkapkan, teleskop radio ini akan menjadi teleskop radio modern pertama yang cukup besar dibangun di Indonesia.

“Teleskop radio memiliki banyak peran penting dalam astronomi sebagai pelengkap optik dan panjang gelombang lainnya. Penelitian yang menggunakan teleskop radio semakin berkembang dan telah memberikan beberapa kontribusi, tidak hanya dalam bidang astronomi, tetapi juga bidang lain, seperti geodesi dan ilmu atmosfer,” kata Farahhati dilansir laman brin.go.id.

Diharapkan, penelitian teleskop radio ini dapat berkontribusi baik dalam skala nasional maupun global.

Lebih lanjut dijelaskannya, penelitian ini bertujuan menggali potensi teleskop radio yang direncanakan sebagai antena tunggal, dan sebagai bagian dari jaringan interferometer/very long baseline interferometry (VLBI) di masa depan.

“Lokasi antena menjadi perhatian terbesar karena kurangnya stasiun di dekat wilayah khatulistiwa,” terangnya.

Sebagai metode penelitian, Farahhati mengumpulkan beberapa penelitian yang dilakukan dengan antena tunggal berdiameter sekitar 20 meter.

Penelitian ini juga mempertimbangkan kolaborasi jaringan interferometer dan menguji kemampuannya sebagai bagian dari jejaring VLBI, termasuk simulasi pengamatan dan cakupan UV.

Farahhati menjelaskan, lebih banyak antena memberikan cakupan UV lebih baik. Misalnya, konfigurasi pertama (3-a) memiliki cakupan UV yang buruk karena pengamatan hanya menggunakan dua antena (Timau dan Parepare).

“Cakupan UV dapat ditingkatkan jika kita menambahkan antena Indonesia lainnya seperti Rancabungur, Rumpin, Jatiluhur, dan Bosscha dalam simulasi. Peningkatan akan jauh lebih baik jika Malaysia dan Thailand berpartisipasi dalam observasi,” jelasnya.

Saat ini, kerja sama penelitian antar institusi dan negara-negara berkembang dalam hal perolehan baseline yang lebih panjang dengan teknik VLBI semakin penting.

Kolaborasi VLBI di Asia Timur mencakup Jepang dengan VLBI Exploration Radio Astrometry (VERA), Korea dengan Korea VLBI Network (KVN), dan China dengan Tianma dan antena Nanshan.

Ada juga potensi kolaborasi antar negara-negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang sedang mengembangkan teleskop radio.

Kelompok riset ini mendiskusikan teleskop radio kelas 20 meter yang direncanakan di Observatorium Nasional Timau.

Mereka menguraikan penelitian potensial untuk teleskop radio masa depan sebagai antena tunggal dan juga bagian dari VLBI.

“Motivasi ilmiah untuk proyek ini mencakup peningkatan kapasitas, kerja sama global, pengamatan ilmiah yang unik, serta kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan,” tutur Farahhati.

Selain penelitian ilmiah seperti astronomi, geodesi, dan ilmu atmosfer, pengembangan teleskop radio secara alami meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan teknologi.

“Setelah instrumen diatur dan memperoleh hasil pertama (first light), kerja sama global tentunya akan mengikuti untuk mencapai banyak tujuan penelitian,” ungkap dia.

Potensi penggunaan teleskop radio sebagai antena tunggal, dari tata surya hingga kosmologi, juga akan dikaji lebih lanjut.

Meski demikian, kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam merumuskan program teleskop radio yang diusulkan untuk mencapai hasil lebih baik.

(BRIN rencana bangun teleskop radio di Timau)

Tags: BRINteleskop radiotimau

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.