Al-Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit tentang keberadaan “black hole” (lubang hitam) yang sudah diungkap oleh ilmu pengetahuan atau science modern.
Namun, ada beberapa ayat yang sering dianggap mencerminkan konsep-konsep yang terkait dengan fenomena kosmik yang sangat kompleks, termasuk struktur alam semesta, yang bisa dipandang dalam konteks ilmu pengetahuan.
Salah satu ayat yang sering dihubungkan dengan pembicaraan tentang struktur alam semesta adalah:
Surah Al-Takwir (81:15-16):
- “فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ * الْجَوَارِ الْكُنَّسِ”
- Artinya: “Sungguh, aku bersumpah demi bintang-bintang yang bersembunyi, yang bergerak dan menghilang.”
Beberapa mufassir (ahli tafsir) menafsirkan istilah “khunnas” dan “jawar al-kunnas” dalam ayat ini sebagai merujuk pada benda-benda langit yang tersembunyi dan bergerak, yang bisa diartikan secara luas dalam konteks kosmos.
Selain itu, Surah Al-Anbiya (21:30) mengandung ayat yang sering dihubungkan dengan konsep kosmos dan penciptaan alam semesta:
- “أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا”
- Artinya: “Tidakkah orang-orang yang kafir itu mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya?”
Ayat ini bisa dihubungkan dengan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari keadaan yang sangat padat dan panas sebelum mengalami ekspansi.
Namun, penting untuk diingat bahwa tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an sering kali bergantung pada konteks historis dan linguistik, dan penafsiran ilmiah modern mungkin tidak selalu sesuai dengan maksud asli dari ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, ketika mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan konsep ilmiah modern, penting untuk melakukannya dengan hati-hati dan memahami batasan dalam interpretasinya.