BANDUNG – Bank Indonesia (BI) menghadapi tantangan dari kondisi perekonomian global dan domestik dalam menanggapi perkembangan nilai tukar Rupiah.
Pada akhir perdagangan Kamis, 20 Juni 2024, Rupiah ditutup pada level Rp16.425 per dolar AS, sementara Yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun ke 7,104%.
Penguatan DXY mencapai 105,59, sedangkan Yield US Treasury Note (UST) 10 tahun naik ke 4,259%.
Pada pagi Jumat, 21 Juni 2024, Rupiah dibuka pada level Rp16.440 per dolar AS, dengan Yield SBN 10 tahun naik ke 6,18%.
Aliran modal asing selama Minggu III Juni 2024 menunjukkan nonresiden melakukan jual neto Rp0,78 triliun, terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN, dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Data setelmen hingga 20 Juni 2024 mencatat bahwa selama tahun 2024, nonresiden melakukan jual neto signifikan di pasar SBN dan saham, namun melakukan pembelian neto besar di SRBI.
BI terus mengintensifkan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi kebijakan untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang berubah-ubah.
Sumber: Bank Indonesia