Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung meluncurkan program penanaman padi gogo terintegrasi di lahan yang dikelola oleh SPLPP Universitas Padjadjaran (Unpad), Desa/Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, pada Rabu (8/1/2025). Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan lahan kurang produktif serta mendukung ketahanan pangan nasional.(Foto: Humas Pemkab Bandung)
BANDUNG – Pemerintah Kabupaten Bandung meluncurkan program penanaman padi gogo terintegrasi di lahan yang dikelola oleh SPLPP Universitas Padjadjaran (Unpad), Desa/Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, pada Rabu (8/1/2025). Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan lahan kurang produktif serta mendukung ketahanan pangan nasional.
Program tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), yang berperan dalam memberikan pendampingan, serta transfer pengetahuan dan teknologi kepada petani. Selain Unpad, program ini juga melibatkan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Dandim 0624, Polresta Bandung, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, serta sejumlah kelompok petani setempat.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna, menjelaskan bahwa penanaman padi gogo terintegrasi ini merupakan bagian dari komitmen Pemkab Bandung dalam mendukung program ketahanan pangan yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Kabupaten Bandung, dengan lebih dari 200 ribu hektare lahan pertanian yang subur, diharapkan dapat menjadi kontributor utama dalam pencapaian ketahanan pangan nasional.
“Kabupaten Bandung siap mengawal dan mendukung program ketahanan pangan nasional yang digagas Pak Prabowo,” ujar Bupati Dadang Supriatna dilansir situs Pemkab Bandung.
Program ini, lanjut Bupati Dadang, bertujuan untuk merubah lahan tidak produktif menjadi lahan produktif. Seperti yang telah dicapai sebelumnya di Pameungpeuk, di mana lahan kering berhasil direvitalisasi dengan hasil yang memuaskan, yakni 10 ton padi per hektare.
Di Arjasari, Pemkab Bandung menargetkan pemanfaatan sekitar 200 hektare lahan kurang produktif dengan potensi hasil 10 ton per hektare, meningkat signifikan dari hasil sebelumnya yang hanya 4 ton per hektare. Bupati Dadang juga optimistis program ini mampu menghasilkan panen hingga empat kali dalam setahun.
Selain di Arjasari, program ini juga akan diterapkan di kecamatan lain di Kabupaten Bandung, dengan total lahan yang direvitalisasi mencapai ratusan hektare.
“Ketahanan pangan ini menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial, ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan para petani,” ungkap Bupati Dadang Supriatna.
Bupati Dadang juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkolaborasi dalam program ini, termasuk Unpad, Kodim 0624, Polresta Bandung, Kementerian Pertanian, Perhutani, pihak swasta, dan para petani.
Sebagai tambahan, Bupati Dadang juga menegaskan komitmennya terhadap sektor pertanian melalui berbagai kebijakan, seperti kebijakan sawah abadi, program bebas pajak untuk sawah abadi, hibah petani sebesar Rp 44 miliar per tahun, serta kebijakan distribusi pupuk langsung kepada kelompok tani.
“Semoga program ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional dan menjadi berkah bagi kita semua,” tambah Bupati Dadang.
Udara pagi di Sumedang terasa lebih segar dari biasanya, Sabtu itu (19/4/2025). Dari depan Gerbang…
SATUJABAR, BANDUNG - Harga emas Antam Minggu 20/4/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…
BANDUNG - PSSI resmi meluncurkan Garuda Academy, sebuah program pelatihan manajemen sepak bola bertaraf internasional…
Selain memudahkan mobilitas masyarakat, reaktivasi jalur kereta api dapat mengurangi kemacetan di jalan raya. SATUJABAR,…
Faktor lingkungan seperti cuaca panas, perbedaan budaya dan bahasa, hingga aktivitas fisik tinggi selama ibadah…
Biro hukum Pemprov Jabar tengah mempersiapkan langkah-langkah hukum ke depan menyikapi putusan hakim tersebut. SATUJABAR,…
This website uses cookies.