BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai mitra untuk mempercepat pembangunan infrastruktur drainase dan kolam retensi. Langkah ini diambil guna menciptakan kota yang lebih nyaman dan tangguh menghadapi persoalan lingkungan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan bahwa kolaborasi diperlukan untuk mewujudkan sistem drainase yang lebih maksimal dan pembangunan kolam retensi yang fungsional.
“Kolam retensi itu memang kurang, karena kecil dan sedikit, sedangkan seharusnya besar dan dalam. Karena itu, kita akan mencari mitra yang bisa membangun drainase sekaligus tempat saluran air limbah atau black water,” ujar Farhan, Minggu (13/4).
Farhan menjelaskan bahwa pengelolaan black water akan diarahkan ke kolam instalasi pengolahan limbah sebelum akhirnya dialirkan ke sungai. Kolam-kolam tersebut juga diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai kolam retensi multiguna.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa beberapa kolam retensi akan dikembangkan menjadi kawasan wisata. Salah satunya berlokasi di wilayah Gedebage, dekat Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), yang memiliki lahan sawah seluas 67 hektare.
“Di beberapa titik, kolam retensi akan menjadi tempat wisata. Contohnya di Gedebage, ada lahan sawah yang luasnya 67 hektare akan dimanfaatkan. Sawahnya tetap ada, tapi aliran air akan diatur lebih baik,” jelasnya.
Selain proyek drainase dan kolam retensi, Pemkot juga berencana membangun kawasan konservasi Kampung Belekok di Gedebage. Proyek ini akan dilaksanakan bersama pengembang, seperti Summarecon dan pihak lainnya.
“Kami akan membuat konservasi Kampung Belekok di Gedebage, bekerja sama dengan Summarecon dan developer lain untuk membangun danau retensi,” katanya.
Meski begitu, Farhan menegaskan bahwa upaya ini bukan solusi permanen. Menurutnya, solusi jangka panjang tetap harus melibatkan pengelolaan kawasan Bandung Utara secara menyeluruh, dari wilayah barat hingga timur.