BANDUNG – Pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat ketahanan energi nasional dengan mendorong pemanfaatan bioenergi, terutama biodiesel sebagai campuran dalam bahan bakar minyak (BBM).
Program mandatori Biodiesel B35, yang mewajibkan pencampuran 35% biodiesel dalam solar, menjadi langkah penting dalam transisi energi di Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor BBM, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi sektor pertanian dan perekonomian rakyat.
Dalam pidato pelantikan Presiden RI pada Minggu (20/10), Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya swasembada energi.
“Kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi, karena kita diberi karunia oleh Tuhan tanaman-tanaman yang memungkinkan kita tidak tergantung bangsa lain,” katanya Minggu 27 Oktober 2024 melalui keterangan resmi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa arahan Presiden untuk mencapai swasembada energi sangat jelas. Menurutnya, kemandirian energi mencakup pemanfaatan bioetanol, bioenergi, dan biodiesel, dengan B35 dan uji coba B40 sudah dilakukan.
Bahlil menambahkan, pemerintah berencana untuk mendorong pemanfaatan B50 dan B60, mengingat ketersediaan pasokan kelapa sawit yang melimpah di Indonesia. “Kapasitas Crude Palm Oil (CPO) kita pasti cukup, tinggal kita lihat teknologinya untuk uji coba,” jelasnya.
Kepala Biro Komunikasi Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, mengungkapkan bahwa pemanfaatan biodiesel menunjukkan tren kenaikan yang menggambarkan komitmen pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. “Saat ini kita sudah B35, dan akan meningkat menjadi B40, B50, hingga B60,” ujarnya di Jakarta pada Sabtu (26/10).
Data Kementerian ESDM menunjukkan bahwa realisasi biodiesel mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2021, biodiesel mencapai 9,3 juta kiloliter, meningkat menjadi 10,45 juta kiloliter pada tahun 2022, dan mencapai 12,2 juta kiloliter pada tahun 2023 setelah penerapan mandatori B35. Dari realisasi tersebut, terjadi penghematan devisa negara sebesar Rp120,54 triliun, serta peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel sebesar Rp15,82 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 11.000 orang (off-farm) dan 1,5 juta orang (on-farm).