BANDUNG – Neraca perdagangan Indonesia Maret 2025 mencatat surplus sebesar 4,33 miliar dolar AS.
Angka ini meningkat dibandingkan surplus pada Februari 2025 yang tercatat sebesar 3,10 miliar dolar AS. Data tersebut disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan mendapat respons positif dari Bank Indonesia.
Bank Indonesia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) menilai surplus neraca perdagangan ini sebagai faktor penting dalam memperkuat ketahanan eksternal perekonomian nasional.
Ke depan, Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah serta otoritas terkait lainnya untuk menjaga ketahanan eksternal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Peningkatan surplus pada Maret 2025 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar 6 miliar dolar AS, seiring dengan meningkatnya ekspor nonmigas yang mencapai 21,80 miliar dolar AS.
Kinerja ekspor nonmigas yang solid ini didorong oleh peningkatan pengiriman komoditas berbasis sumber daya alam seperti bijih logam, terak dan abu, serta nikel dan produk turunannya. Selain itu, produk manufaktur seperti besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektrik juga mencatat kontribusi yang signifikan.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan India sebagai pasar utama.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi 1,67 miliar dolar AS. Penurunan ini terjadi seiring dengan pertumbuhan impor migas yang lebih lambat dibandingkan ekspor migas.