Photo: Kemenpar/Landscape Danau Segara Anak (shutterstock.com_salehuddin)
BANDUNG – Seiring meningkatnya minat masyarakat global terhadap wisata kesehatan (wellness tourism) dan kegiatan untuk healing, kini muncul tren baru yang semakin populer, yaitu star bathing. Tren ini menawarkan pengalaman menikmati pemandangan langit malam yang dipenuhi bintang, yang tidak hanya memukau mata, tetapi juga memberikan ketenangan bagi pikiran dan hati.
Studi menunjukkan bahwa memandang langit malam yang penuh bintang dapat memicu perasaan bahagia yang mendalam. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi individu untuk melakukan kontemplasi, merenungkan dunia yang begitu luas, dan merasakan kedamaian yang datang dari alam. Perasaan ini sering kali muncul ketika kita berada di alam terbuka, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Fakta menarik, lima dari sepuluh penggemar astronomi menjadikan star bathing sebagai aktivitas utama saat berlibur. Meskipun star bathing terkait dengan tren sebelumnya, yaitu stargazing, kedua kegiatan ini memiliki fokus yang berbeda. Stargazing berfokus pada pengamatan dan identifikasi bintang atau fotografi astronomi (astrophotography), sementara star bathing lebih mengedepankan momen kontemplatif, yang memberi kesempatan untuk menyegarkan tubuh dan pikiran sambil menikmati keindahan suasana malam.
Star bathing semakin digemari karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental pasca pandemi. Kegiatan ini menjadi pelarian yang sempurna bagi masyarakat modern yang merasa lelah dengan rutinitas yang padat. Seperti halnya forest bathing, star bathing mengajak kita untuk merasakan keterhubungan dengan alam semesta yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Pengalaman ini menawarkan berbagai manfaat, mulai dari mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan kualitas tidur, kreativitas, serta fokus, hingga memperkuat koneksi dengan alam dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Minat masyarakat terhadap wisata kesehatan dan koneksi dengan alam semakin meningkat, mendorong popularitas star bathing. Destinasi seperti Gurun Atacama di Cile dan Yeongyang Firefly Eco Park di Korea Selatan menawarkan pengalaman star bathing yang unik. Yeongyang Firefly Eco Park bahkan menjadi taman pertama di Asia yang diakui sebagai Silver-tier International Dark Sky Park oleh International Dark-Sky Association, dan kini menjadi salah satu destinasi terpopuler untuk star bathing.
Dari sisi dampak ekonomi, star bathing dapat menjadi solusi kreatif untuk menggabungkan kelestarian langit malam dengan kemajuan perekonomian lokal di wilayah pedesaan. Dengan menjadikan langit malam sebagai daya tarik utama, kawasan pedesaan dapat membuka lapangan pekerjaan baru, mencegah migrasi penduduk, dan mempromosikan budaya lokal.
Jika kamu tertarik mencoba wisata star bathing, beberapa lokasi di Indonesia menawarkan pengalaman serupa di bawah langit berbintang yang mempesona. Beberapa destinasi yang dapat dikunjungi antara lain Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo, Ranu Kumbolo di Gunung Semeru (Jawa Timur), Desa Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur, Pulau Kepa di Alor, Danau Segara Anak di Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango di Jawa Barat, Pulau Waigeo di Raja Ampat (Papua), serta Gunung Bromo di Malang (Jawa Timur).
Sumber tulisan & foto: Kemenpar
SATUJABAR, BANDUNG--Polda Jawa Barat memastikan, Gubernur, Dedi Mulyadi tidak ada di lokasi Pendopo Kabupaten Garut,…
SATUJABAR, BANDUNG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menjawab aksi demo para pelaku pariwisata di Jawa Barat…
SATUJABAR, SUKABUMI--Enam pelaku pengeroyokan yang menewaskan Suherman alias Samson hingga tewas di Kabupaten Sukabumi, Jawa…
SATUJABAR, CIANJUR--Empat siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terlibat…
SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Rabu 23/7/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…
Nama Iie Sumirat mulai mencuat di era 1970-an sebagai tunggal putra andalan tim bulutangkis Indonesia.…
This website uses cookies.