BANDUNG – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengajak para pelaku usaha waralaba untuk aktif mengikuti program business matching yang digelar oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam upaya mendorong ekspansi pasar ke mancanegara. Hal ini disampaikan Mendag saat membuka acara The 23rd International Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA) dan International Culinary Expo (ICE) 2025 di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (25/4).
Mendag Budi meminta Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) untuk mulai menjajaki keterlibatan pelaku waralaba dalam business matching Kemendag pada Mei 2025 mendatang.
“Sampai saat ini belum ada pelaku waralaba yang ikut dalam business matching Kemendag. Sektor jasa seperti waralaba harus mulai digalakkan ekspornya. Kita butuh keragaman komoditas, tidak hanya barang, tapi juga jasa,” ujar Mendag Budi melalui keterangan resmi.
Program business matching Kemendag merupakan bagian dari strategi perluasan pasar ekspor melalui kerja sama dengan perwakilan perdagangan Indonesia di 33 negara, seperti Atase Perdagangan dan ITPC. Dalam sesi ini, pelaku usaha berkesempatan mempresentasikan produk mereka kepada calon pembeli potensial dari luar negeri.
Mendag menilai, sektor waralaba memiliki potensi besar untuk memperkuat struktur ekonomi nasional karena mampu memberikan akses mudah dalam memulai usaha, menawarkan sistem bisnis yang standar, serta dukungan berkelanjutan dari pemberi waralaba.
“Saat ini rasio kewirausahaan Indonesia baru 3,4 persen, masih tertinggal dari Malaysia, Thailand, hingga AS. Kita targetkan 10–12 persen, dan waralaba bisa menjadi pendorong penting dalam mencapai target tersebut,” ujarnya.
Berdasarkan data Kemendag, sektor waralaba pada 2024 telah menyerap hampir 98 ribu tenaga kerja, mencatatkan omzet Rp143,25 triliun, dan mengelola lebih dari 48 ribu gerai, baik milik sendiri maupun yang diwaralabakan. Beberapa waralaba nasional bahkan telah menembus pasar internasional, seperti Alfamart, Ayam Gepuk Pak Gembus, Kebab Turki Baba Rafi, Taman Sari Royal Heritage Spa, dan Roti Ropi.
Ketua Umum AFI Anang Sukandar turut mendorong agar waralaba lokal terus dikembangkan untuk bersaing secara global. Ia menilai, sektor makanan dan minuman (mamin) masih menjadi andalan dalam industri waralaba, seperti yang terlihat di AS, Australia, dan Singapura, di mana 55 persen usaha waralaba bergerak di sektor tersebut.
“Indonesia punya banyak potensi kuliner khas. Saya kira sepuluh jenis masakan Indonesia bisa dikembangkan menjadi bisnis waralaba yang mendunia,” ujar Anang.
Sementara itu, Co-Founder waralaba Kopi Titik Koma, Ditya Wardhana, yang juga turut serta dalam pameran IFRA x ICE 2025, berharap agar pemerintah semakin mendukung pengembangan merek waralaba lokal, terutama dalam hal promosi, perizinan, dan perlindungan hukum.
“Target kami adalah memperkenalkan merek waralaba lokal ke pasar global dan mengajak lebih banyak orang menjadi mitra. Pemerintah perlu memberi dukungan konkret terhadap merek-merek dengan kandungan lokal tinggi,” kata Ditya.
Kemendag menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pertumbuhan waralaba sebagai bagian dari penguatan sektor jasa dan peningkatan rasio kewirausahaan nasional, sekaligus membuka peluang ekspor jasa yang lebih luas melalui platform business matching dan kemitraan global.