BANDUNG: Limbah kertas yang biasanya kita abaikan dan buang mampu diubah menjadi produk kerajinan yang bermanfaat bagi kita.
Adalah komunitas ibu-ibu di Gang Kodir Kelurahan Sindangsari, Kota Bogor yang mampu menyulap limbah kertas itu menjadi sebuah kriya di bawah naungan Salam Rancage Craft Of Hope.
Tak hanya menyasar pasar dalam negeri, produk Salam Rancage pun sudah menyasar pasar luar negeri.
Pendiri Salam Rancage Aling Nurnaluri mengatakan, Salam Rancage adalah sebuah sosial bisnis selayaknya perusahaan.
Tetapi profitnya atau seluruh proses bisnisnya didedikasikan untuk membangun kemanfaatan social.
Sehingga, katanya, proses bisnis Salam Rancage bukan hanya fokus pada produksi namun juga bergerak di pemberdayaan sosial.
MISI LINGKUNGAN
Menurutnya, produk ini produk ramah lingkungan yang mengusung misi penyelamatan lingkungan.
“Dalam proses produksinya juga membangun hubungan sosial di antara masyarakat yang diberdayakan atau komunitas yang diberdayakan,” ujarnya ditemui pada pameran Mayors Retreat U20 di Bogor Creative Center (1/9/2022).
DIkutip situs Pemprov Jabar, ide bisnis dalam membentuk Salam Rancage dimulai sejak 2012 yang dilatarbelakangi kondisi lingkungannya yang mengalami banjir.
Setelah banjir datang pasti menyisakan sampah yang begitu banyak. Lebih jauh lagi di Bogor, sampah kertas merupakan sampah nomor tiga terbanyak.
Sehingga Aling berinisiatif untuk mengolah sampah kertas dengan melibatkan ibu-ibu di kawasan Gang Kodir.
“Ya karena di Bogor itu kita enggak punya sumber daya alam ya, enggak punya rotan, enggak punya pandan, enggak punya apa-apa untuk dibuat kerajinan sementara yang melimpah barang bekas yang nomor tiga itu kertas-kertas,” jelasnya.
Kertas-kertas itu dilinting panjang layaknya bahan anyaman rotan kemudian dilapisi coat pelapis kayu agar tahan air dan anti jamur.
Dengan pola pemberdayaan dan memanfaatkan sampah sesuai dengan misi Salam Rancage yaitu misi lingkungan didapat.
Kemudian hasilnya nanti dapat diberdayakan untuk usaha lainnya seperti ke bidang perkebunan.
Saat ini setidaknya ada 20 orang ibu-ibu yang menganyam.
Sedangkan total keluarga yang diberdayakan sekitar 60 kepala keluarga.
Mereka dalam sebulan dapat memproduksi 2.000 aneka produk anyaman kertas.
Adapun yang mereka jual yaitu furniture, home decor, souvenir dan lainnya yang jenisnya mencapai 200 item.
Penjualannya kini tak hanya di dalam negeri namun sudah merambah pasar ekspor hingga ke Amerika Serikat seperti Boston.
“Ada juga yang tertarik mereka datang dari luar negeri ke kamu untuk melihat langsung proses produksi,” kata Aling.
Aling tengah menjajaki calon pembeli baru dari luar negeri seperti Eropa menggunakan merek sendiri maupun berkolaborasi.
“Penguatan ekspor ini menjadi target sehingga penyerapan pasarnya lebih berkelanjutan. Artinya proses perubahan sosial yang sedang dilakukan juga berkelanjutan,” ucapnya.