Sejenak mata memandang pada gambar mahkota ini. Mesti tak melihat secara langsung. Terbersit kisah perjalanan agung Kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda.
Bayangkan saja, bagaimana gambaran aktivitas roda pemerintahan beserta rakyatnya yang saat itu menjalani takdir kehidupan.
Bagaimana mereka berjuang untuk ‘melanjutkan hidup’. Berjuang demi keberlangsungan. Berperang demi pencapaian atau mempertahankan kekuasaan.
Hingga akhirnya….suara-suara itu runtuh. Menjadi sangat sayup dan hilang ditelan zaman.
Sebuah benda pusaka yang tersisa menjadi saksi cerita. Kisah besar Kerajaan Pajajaran di masa lampau.
Sejarah memang dinamis. Orang terus berganti. Datang dan muncul memperkaya cerita-cerita yang sedang dijalin. Kerajaan digantikan republik dan demokrasi di masa modern.
Sebuah mahkota raja menjadi salah satu seri dari cerita bersambung yang belum berakhir dari peradaban umat manusia hingga….sampai nanti…..
MAHKOTA KERAJAAN
Mahkota Kerajaan Pajajaran Binokasih Sanghyang Paké adalah mahkota yang berasal dari Kerajaan Sumedang Larang dan kini tersimpan sebagai koleksi Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.
Replika mahkota ini terdapat di Museum Sri Baduga, Bandung.
Menurut sumber turun-temurun, mahkota ini dibuat atas prakarsa Sanghyang Bunisora Suradipati, Raja Galuh (1357-1371).
Mahkota ini digunakan oleh raja-raja Sunda selanjutnya dalam upacara pelantikan raja baru dan menjadi benda pusaka kerajaan hingga kerajaan Sunda runtuh.
Pada waktu ibu kota kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran diserbu oleh pasukan Banten (1579), mahkota ini berhasil diselamatkan oleh para pembesar kerajaan Sunda yang berhasil meloloskan diri, yaitu: Sayang Hawu, Térong Péot, dan Kondang Hapa.
Mahkota ini dibawa ke Sumedanglarang dan diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun dengan harapan dapat menggantikan dan melanjutkan keberadaan dan kejayaan kerajaan Sunda.
Sejak itu mahkota ini menjadi benda pusaka para raja Sumedanglarang dan kemudian para bupati Sumedang.
Sejak pemerintahan Bupati Pangeran Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih (1836-1882) mahkota tersebut dipakai untuk hiasan kepala pengantin keluarga bupati Sumedang.
DAYA TARIK MUSEUM
Mahkota Binokasih dan siger emas menjadi daya tarik pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
Mahkota yang mempunyai nama lengkap Makuta Binokasih Sanghyang Pake ini merupakan salah satu simbol dan peninggalan Kerajaan Pajajaran (Sunda).
Hingga kini, mahkota tersebut masuk dalam Pusaka Leluhur Sumedang dan menjadi peninggalan Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601.
Mahkota ini disimpan di gedung pusaka kompleks Museum Prabu Geusan Ulun. Tersimpan di dalam lemari kaca segi delapan dengan pengamanan super ekstra.
Ini dilakukan, karena mahkota tersebut merupakan mahkota asli raja Pajajaran akhir sebelum runtag atau runtuh.
Terbuat dari emas dengan hiasan batu permata menjadikan mahkota ini sangat spesial. Tidak heran jika pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun lebih tertarik melihat koleksi mahakarya ini.
Para pengunjung pun mau berlama-lama di gedung ini. Selain mahkota Binokasi, terdapat pula siger, ikat pinggang, serta aksesoris raha lainnya yang merupakan peninggalan asli Raja Pajajaran terakhir.
Untuk menambah daya tarik, di gedung ini terdapat pula berbagai jenis senjata pusaka kerajaan, seperti tombak, kujang, dan keris.
SUMBER: Berbagai sumber