BANDUNG – Nilai impor Indonesia pada Agustus 2024 mencapai US$20,67 miliar, mengalami penurunan sebesar 4,93 persen dibandingkan bulan Juli 2024, namun meningkat 9,46 persen dibandingkan Agustus tahun lalu.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) impor migas pada Agustus 2024 tercatat sebesar US$2,65 miliar, turun 25,56 persen dibandingkan Juli 2024, dan juga turun 0,51 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, impor nonmigas mencapai US$18,02 miliar, menurun 0,89 persen dibandingkan Juli 2024, tetapi naik 11,09 persen dibandingkan Agustus 2023.
Dari sepuluh golongan barang utama nonmigas, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mengalami penurunan terbesar senilai US$199,7 juta (6,30 persen) dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi lain, golongan logam mulia dan perhiasan/permata mencatatkan peningkatan terbesar senilai US$144,9 juta (34,44 persen).
Tiongkok menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Agustus 2024, dengan nilai mencapai US$45,41 miliar (35,52 persen). Diikuti oleh Jepang sebesar US$9,30 miliar (7,28 persen), dan Australia sebesar US$6,57 miliar (5,14 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$22,69 miliar (17,75 persen) dan Uni Eropa US$8,33 miliar (6,52 persen).
Secara keseluruhan, seluruh nilai impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari hingga Agustus 2024 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Golongan bahan baku/penolong meningkat tertinggi sebesar US$3.981,9 juta (3,71 persen), diikuti oleh barang konsumsi yang naik US$479,7 juta (3,43 persen), dan barang modal yang meningkat US$403,2 juta (1,56 persen).
Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar, yang terutama berasal dari sektor nonmigas dengan surplus US$4,34 miliar, meskipun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,44 miliar.