BANDUNG – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat strategi diplomasi perdagangan sebagai langkah antisipatif menghadapi kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Pernyataan tersebut disampaikan Wamendag dalam sambutannya pada Public Forum: Regional Response to Trump 2.0 yang diselenggarakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Gedung Pakarti Center, Jakarta, Kamis (10/4).
Menurut Dyah Roro Esti, Indonesia akan mengedepankan pendekatan diplomatik yang menyeluruh, baik di tingkat federal maupun negara bagian, untuk memastikan akses pasar tetap terbuka dan stabil. Selain itu, komunikasi aktif akan dijalin dengan pelaku usaha di Amerika Serikat yang mengandalkan bahan baku dan produk dari Indonesia.
“Diplomasi perdagangan menjadi kunci dalam menjaga kepentingan nasional. Kami akan membangun komunikasi intensif dengan mitra strategis, termasuk sektor bisnis AS, agar hubungan dagang tetap saling menguntungkan,” ujar Dyah Roro Esti melalui keterangan resmi.
Perkuat Solidaritas ASEAN
Selain memperkuat hubungan bilateral, Dyah Roro Esti menekankan pentingnya solidaritas regional di kawasan Asia Tenggara. Ia menyebut ASEAN harus bersikap sebagai satu kesatuan untuk menghadapi dinamika global, termasuk kebijakan proteksionis yang mungkin diterapkan oleh Trump jika kembali menjabat.
“Kekuatan ASEAN terletak pada kebersamaannya. Oleh karena itu, respons regional yang terkoordinasi akan membuat posisi kita lebih kuat di panggung internasional,” imbuhnya.
Percepat Diversifikasi Pasar Ekspor
Sebagai bagian dari langkah strategis, Indonesia juga akan mempercepat diversifikasi pasar ekspor. Hal ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu dan memperluas jangkauan produk Indonesia ke wilayah-wilayah potensial lainnya.
Turut hadir mendampingi Wamendag dalam forum tersebut adalah Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia, Dina Kurniasari. Forum ini menjadi ruang dialog penting bagi pemangku kepentingan kawasan untuk menyusun langkah antisipatif terhadap kemungkinan perubahan lanskap perdagangan global di bawah kepemimpinan Trump 2.0.