• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Selasa, 22 Juli 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

Gua Hira Jadi Salah Satu Tujuan, Jamaah Tak Disarankan Shalat di Dalam Gua, Kenapa?

Editor
Senin, 16 Juni 2025 - 07:26
Jamaah haji tengah berda di Gua Hiro, Arab Saudi. Pemerintah menyarankan jamaah tiak melaksanakan shalat di dalam gua tersebut. (Dok, Istimewa)

Jamaah haji tengah berda di Gua Hiro, Arab Saudi. Pemerintah menyarankan jamaah tiak melaksanakan shalat di dalam gua tersebut. (Dok, Istimewa)

Pintu masuk ke dalam Gua Hira terbilang sangat sempit. Kalau masuk harus menunduk, diameter tidak lebih dari enam meter persegi.

SATUJABAR, MAKKAH — Gua Hira merupakan gua tempat pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Surah Al-Alaq (1-5). Namun demikian, jamaah haji diimbau untuk tidak melaksanakan shalat ketika berada di dalam Gua Hira, Arab Saudi. PAsalnya, selain tidak ada anjuran, shalat di dalam goa semakin memperlambat antrean jamaah yang hendak masuk.

“Tidak dianjurkan shalat karena memang bukan tempat ibadah, apalagi ketika banyak pengunjungnya,” ujar Ketua Mutasyar Diny Profesor Oman Faturrachman saat memberikan keterangan di Jabal Nur.

Gua Hira lokasinya berada di atas Bukit Jabal Nur yang terletak di Kota Makkah. Setiap musim haji, Gua Hira menjadi salah satu tujuan jamaah, tak terkecuali dari Indonesia.

Di tempat ini, ada juga pengunjung yang tetap melaksanakan shalat Subuh dua rakaat di dalam gua sambil duduk. Sementara di sisi luar, puluhan hingga seratusan pengunjung mengantre untuk masuk.

Menurut Profesor Oman, pintu masuk ke dalam Gua Hira terbilang sangat sempit. Kalau masuk harus menunduk, diameter tidak lebih dari enam meter persegi. “Dan saat masuk langsung ke kiblat, jadi kalua kita melakukan sesuatu, mustakbila kiblat itu jadi penting, lurus menghadapi kiblat, bisa langsung shalat meski tak dianjurkan shalat,” ujarnya.

Penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad, menurut Prof Oman, punya makna tersendiri yakni bahwa kebesaran Islam berawal dari ruang yang sempit “Dan untuk mencapai ke ruang sempit itu begitu susah payah apa lagi zaman Rasul dulu,” ujarnya.

Artinya apa? Kata dia, untuk mencapai kemenangan dan kebesaran butuh sebuah perjuangan. Pahala kebaikan tidak digapai dengan instan. “Itu yang dilakukan Rasul. Bayangkan Rasul ketika itu setiap saat naik ke Gua Hira kemudian selama satu bulan,” ujar pakar sejarah Islam itu.
Kondisi dalam Gua Hira, juga tidak panas dan dingin. Udaranya cenderung lebih stabil. “Kalau lihat di samping gua itu ada batu Rasul beristirahat di situlah bermula Islam yang sangat mulia menyebar,.” ungkapnya

Oleh karena itu, dia mengajak, agar melakukan kebaikan besar meski dengan perjuangan berat. “Jangan cepat menyerah,” kata Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok itu.

Nabi menerima wahyu pada Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Menurut Profesor Oman, Nabi yang saat itu berusia 40 tahun bertafakur kepada Allah setelah melihat bagaimana orang Quraisy banyak menyembah berhala. “Rasul mendapatkan amanah mengubah Tauhid di sana pada usia 40 tahun,” ujarnya. (yul)

Tags: gua hiraHajijamaah hajiNabi Muhammadshalat di gua hira

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.