Pintu masuk ke dalam Gua Hira terbilang sangat sempit. Kalau masuk harus menunduk, diameter tidak lebih dari enam meter persegi.
SATUJABAR, MAKKAH — Gua Hira merupakan gua tempat pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Surah Al-Alaq (1-5). Namun demikian, jamaah haji diimbau untuk tidak melaksanakan shalat ketika berada di dalam Gua Hira, Arab Saudi. PAsalnya, selain tidak ada anjuran, shalat di dalam goa semakin memperlambat antrean jamaah yang hendak masuk.
“Tidak dianjurkan shalat karena memang bukan tempat ibadah, apalagi ketika banyak pengunjungnya,” ujar Ketua Mutasyar Diny Profesor Oman Faturrachman saat memberikan keterangan di Jabal Nur.
Gua Hira lokasinya berada di atas Bukit Jabal Nur yang terletak di Kota Makkah. Setiap musim haji, Gua Hira menjadi salah satu tujuan jamaah, tak terkecuali dari Indonesia.
Di tempat ini, ada juga pengunjung yang tetap melaksanakan shalat Subuh dua rakaat di dalam gua sambil duduk. Sementara di sisi luar, puluhan hingga seratusan pengunjung mengantre untuk masuk.
Menurut Profesor Oman, pintu masuk ke dalam Gua Hira terbilang sangat sempit. Kalau masuk harus menunduk, diameter tidak lebih dari enam meter persegi. “Dan saat masuk langsung ke kiblat, jadi kalua kita melakukan sesuatu, mustakbila kiblat itu jadi penting, lurus menghadapi kiblat, bisa langsung shalat meski tak dianjurkan shalat,” ujarnya.
Penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad, menurut Prof Oman, punya makna tersendiri yakni bahwa kebesaran Islam berawal dari ruang yang sempit “Dan untuk mencapai ke ruang sempit itu begitu susah payah apa lagi zaman Rasul dulu,” ujarnya.
Artinya apa? Kata dia, untuk mencapai kemenangan dan kebesaran butuh sebuah perjuangan. Pahala kebaikan tidak digapai dengan instan. “Itu yang dilakukan Rasul. Bayangkan Rasul ketika itu setiap saat naik ke Gua Hira kemudian selama satu bulan,” ujar pakar sejarah Islam itu.
Kondisi dalam Gua Hira, juga tidak panas dan dingin. Udaranya cenderung lebih stabil. “Kalau lihat di samping gua itu ada batu Rasul beristirahat di situlah bermula Islam yang sangat mulia menyebar,.” ungkapnya
Oleh karena itu, dia mengajak, agar melakukan kebaikan besar meski dengan perjuangan berat. “Jangan cepat menyerah,” kata Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok itu.
Nabi menerima wahyu pada Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Menurut Profesor Oman, Nabi yang saat itu berusia 40 tahun bertafakur kepada Allah setelah melihat bagaimana orang Quraisy banyak menyembah berhala. “Rasul mendapatkan amanah mengubah Tauhid di sana pada usia 40 tahun,” ujarnya. (yul)