BANDUNG – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyatakan bahwa Kota Bandung perlu belajar dari Thailand dalam mengenalkan kuliner dan budayanya ke dunia internasional. Hal ini disampaikannya saat menghadiri kegiatan Gastrodiplomacy Journey: Immersive Culinary Experiences of Indonesia and Thailand yang digelar di Pendopo Kota Bandung, Minggu (27/4).
Menurut Farhan, Thailand telah sukses memasarkan makanan khasnya seperti Tom Yum ke seluruh dunia, dan hal serupa perlu diterapkan di Bandung. Ia menilai bahwa gastronomi bisa menjadi alat diplomasi budaya yang efektif.
“Kegiatan ini menjadi contoh bahwa kita perlu belajar banyak dari Thailand, terutama dalam hal kuliner yang telah mendunia. Menu seperti Tom Yum dikenal luas dan berhasil memperkenalkan produk-produk kuliner lainnya,” ujar Farhan.
Ia menambahkan, Bandung memiliki kekayaan kuliner lokal seperti mie kocok, batagor, dan tahu Cibuntu yang sudah diakui sebagai warisan budaya takbenda. Bahkan, makanan seperti seblak, cireng, dan cilok telah menjadi populer secara nasional.
“Seblak, cireng, dan cilok ini sangat merakyat dan telah dikenal luas. Ini bisa menjadi kekuatan untuk kita dorong sebagai bagian dari diplomasi gastronomi,” tambahnya.
Farhan juga mendorong kalangan akademisi untuk meneliti lebih dalam potensi sumber daya pangan di Kota Bandung. Menurutnya, penelitian ini penting untuk menunjang perdagangan dan konsumsi produk kuliner lokal yang semakin tinggi.
“Saya minta dukungan akademisi untuk menggali potensi sumber pangan lokal. Kota Bandung adalah pusat perdagangan makanan, jadi dibutuhkan riset untuk memperkuat hal tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman, menyampaikan bahwa aroma dan kekayaan rempah-rempah menjadi kekuatan utama dalam kuliner Indonesia yang juga dimiliki Thailand. Ia mendorong agar rempah-rempah ini dijadikan identitas kuliner Indonesia di kancah internasional.
“Rempah-rempah harus jadi branding Indonesia. Ini adalah kekayaan yang bisa diangkat melalui diplomasi kuliner,” kata Bagus.
Senada dengan itu, Direktur Kuliner Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Andy Ruswar, menyebut Bandung sebagai kota dengan kekayaan kuliner yang unik. Ia menilai kolaborasi Indonesia-Thailand dalam kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam penguatan diplomasi gastronomi.
“Kuliner merupakan satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif. Kerja sama ini membuktikan bahwa diplomasi bisa dilakukan lewat makanan,” tegas Andy.
Sementara itu, Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Prapan Disyatat berharap kegiatan diplomatik antara Thailand dan Indonesia terus berlanjut. Bukan hanya bidang politik saja, tetapi kuliner dan budaya pun mampu meningkatkan kerjasama.
“Saya harap hubungan diplomatik ini terus berjalan, apalagi bidang kuliner dan budaya menjadi bagian terpenting,” ungkapnya.
Dukungan pun dilontarkan oleh Rektor Universitas Padjadjaran, Arief Sjamsulaksan Kartasasmita siap mendukung hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Thailand.
“Kami ada berbagai fakultas yang mampu mendukung program diplomatik ini. Sehingga dukungan dari akademisi pun siap membantu,” tuturnya.