BANDUNG: Ekonomi hijau akan terus didorong dengan cara penguatan komitmen untuk mencapai net-zero emissions di tahun 2060.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan bahwa hal itu juga merupakan strategi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
“Ekonomi hijau dapat diharapkan menjadi mainstream dari kebijakan pemerintah,” katanya melalui siaran pers (21/9/2022).
Energi alternatif atau renewable energy memiliki cost competitive yang setara sekaligus dapat menjaga baseload yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan secara virtual oleh Airlangga dalam The Cooler Earth Sustainability Summit 2022 yang diselenggarakan CIMB Niaga, Rabu (21/09).
PEMBIAYAAN HIJAU
Pembiayaan hijau juga berperan penting dalam mendukung transformasi ekonomi hijau di Indonesia.
Terkait pembiayaan hijau tersebut, Menko Airlangga menjelaskan pemerintah mendorong berbagai instrumen pembiayaa,
Antara lain Green Sukuk dan juga beberapa pemanfaatan dari refinancing Green Sukuk dengan pengembangan pembangunan fasilitas dan infrastruktur energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, mikrohidro dan minihidro.
“Instrumen alternatif seperti blended finance juga disiapkan, terutama skema pembiayaan dengan menampung dana dari filantropi atau swasta serta dari berbagai lembaga pengelola dana multinasional ataupun perencanaan seperti ADB atau World Bank. Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup juga telah didirikan untuk membantu pembiayaan pada program ekonomi hijau,” jelas Menko Airlangga.
Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa beberapa program EBT di Indonesia dibantu dari pembiayaan lembaga-lembaga yang berbentuk Development Finance Institution (DFI) dan Export Credit Agency (ECA).
Sebagai informasi, diperkirakan Indonesia membutuhkan investasi hingga tahun 2060 sebesar 77.000 triliun rupiah untuk mencapai berbagai target mencapai net-zero emmissions di tahun 2060.
Menko Airlangga menyampaikan bahwa koordinasi dan integrasi menjadi penting dalam melakukan transformasi ekonomi hijau karena transformasi tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh stakeholder.
“Negara-negara lain tengah berlomba untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, termasuk Indonesia. Ke depan, pangsa bahan bakar fosil akan berkurang dan energi bersih akan meningkat. Tentunya ini akan kita dorong untuk memperbaiki bauran energi,” katanya.