Dugong (Foto: Dok. BRIN)
JAKARTA – Dugong, mamalia laut yang sering dijuluki “sapi laut” karena penampilannya yang jinak dan menggemaskan, ternyata memiliki peran ekologis penting dalam menjaga keseimbangan iklim. Fakta ini diungkap dalam Oceanography Biweekly Meeting (OBM) yang digelar secara daring oleh Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRO BRIN), Senin (23/6).
Peneliti PRO BRIN, Sekar Mira, memaparkan bahwa dugong berkontribusi dalam penyimpanan karbon biru melalui interaksinya dengan padang lamun, yang merupakan habitat sekaligus sumber makanan utamanya. Dalam presentasinya, ia menjelaskan bagaimana aktivitas makan dugong memengaruhi cadangan dan aliran karbon di ekosistem pesisir.
“Selama ini kita mengenal lamun sebagai penyimpan karbon biru yang efektif. Namun, dugong adalah satu-satunya mamalia laut yang sepenuhnya bergantung pada lamun sebagai sumber makanannya,” ujar Mira dikutip dari situs BRIN.
Ia mempertanyakan lebih jauh: apakah keberadaan dugong hanya mengurangi cadangan karbon lamun, atau justru berkontribusi lebih dalam pada siklus karbon tersebut?
Karbon biru sendiri merujuk pada karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan rawa pasang surut. Mira mengungkapkan bahwa riset karbon biru selama ini lebih banyak berfokus pada vegetasi. Namun, studi yang melibatkan dugong menunjukkan bahwa mamalia ini juga berperan penting, terutama lewat aktivitas herbivori-nya.
Jejak makan dugong, menurutnya, tak hanya memengaruhi pertumbuhan lamun tetapi juga mempercepat siklus biomassa masuk ke dalam sedimen, yang berpotensi meningkatkan penyimpanan karbon jangka panjang. “Dugong bukan hanya pemakan lamun, tapi juga penggerak proses ekologi yang mendukung mitigasi perubahan iklim,” tegas Mira.
Temuan awal dalam riset ini menyebutkan bahwa dugong juga dapat berfungsi sebagai indikator kesehatan ekosistem padang lamun sekaligus agen ekologis dalam dinamika karbon pesisir. Aktivitasnya dinilai dapat mempercepat dekomposisi dan meningkatkan penyerapan karbon ke sedimen laut.
Selain peran ekologis, diskusi dalam forum OBM juga menyoroti potensi pemanfaatan DNA lingkungan untuk memperkirakan populasi dugong secara lebih akurat. Pendekatan ini diharapkan bisa mendukung pelestarian spesies lewat integrasi studi genetika dalam rencana aksi nasional perlindungan dugong.
Mira menutup paparannya dengan menekankan pentingnya menjadikan dugong sebagai bagian dari solusi perubahan iklim. “Dugong bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati laut, tetapi juga komponen penting dalam kestabilan iklim global. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi kebijakan konservasi berbasis sains dan penguatan agenda karbon biru dalam mitigasi perubahan iklim nasional,” pungkasnya.
SATUJABAR, BANDUNG--Hubungan Wakil Gubenur Jawa Barat, Erwan Setiawan dengan Sekretaris Daerah (Sekda), Herman Suryatman, semakin…
BOGOR - Bupati Bogor Rudy Susmanto meninjau langsung progres pembangunan Masjid Raya Kabupaten Bogor yang…
SATUJABAR, TASIKMALAYA--Seorang anggota Bromob Polda Jawa Barat meninggal dunia, setelah mobil yang dikendarainya tertimpa pohon…
BANDUNG - Gempa bumi dengan magnitudo 2,7 mengguncang wilayah sekitar Gunung Tangkuban Parahu pada Sabtu…
BANJAR - Satuan Reserse Kriminal Polres Banjar berhasil mengamankan dua pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor)…
SATUJABAR, PURWAKARTA--Bus Perusahaan Otobus (PO) Safana, yang membawa rombongan peziarah dalam perjalanan menuju Mesjid Agung…
This website uses cookies.