• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Jumat, 12 September 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

BRIN Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Deteksi Pemalsuan Pangan

Editor
Selasa, 19 November 2024 - 07:42
beras,harga beras di penggilingan

Beras (pixabay)

BANDUNG – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus berinovasi dengan mengembangkan teknologi nuklir untuk mengatasi permasalahan pemalsuan pangan yang semakin marak di Indonesia.

Teknologi ini dipandang sebagai solusi penting untuk meningkatkan keamanan pangan di Tanah Air sekaligus mendukung daya saing produk pangan Indonesia di pasar global.

Hal tersebut disampaikan oleh Henni Widyastuti, Peneliti di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN, dalam diskusi publik BRIN Insight Every Friday (BRIEF) edisi ke-135 yang digelar pada Jumat, 20 September 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Henni memaparkan tentang pentingnya penggunaan teknologi nuklir untuk mendeteksi keaslian pangan dan mencegah pemalsuan yang semakin meresahkan.

Henni menjelaskan bahwa pemalsuan pangan atau food fraud merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, ketahanan pangan, dan perekonomian, khususnya di negara berkembang.

Berdasarkan laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2003, pemalsuan produk pangan olahan di Indonesia seperti madu palsu dan produk perikanan telah menimbulkan kerugian besar, baik bagi konsumen maupun produsen. Pemalsuan pangan juga berpotensi membahayakan kesehatan jika tidak terdeteksi dengan baik.

Menurut Henni, BRIN telah mengembangkan teknologi nuklir yang memanfaatkan analisis radiasi dan isotop untuk mendeteksi keaslian produk pangan.

“Teknologi ini menggunakan ‘sidik jari’ isotop dan elemen seperti oksigen, karbon, nitrogen, dan hidrogen yang terkandung dalam pangan. Elemen-elemen ini terbentuk dari siklus alam yang unik pada setiap jenis produk pangan dan memungkinkan identifikasi asal-usul serta komposisi kimia pangan secara akurat tanpa merusak sampel,” jelas Henni.

Keunggulan teknologi nuklir dibandingkan metode lain, seperti spektroskopi atau kromatografi, terletak pada akurasinya yang lebih tinggi dalam mendeteksi pemalsuan, terutama pada bahan pangan yang hampir identik dengan produk asli. Teknologi ini juga dapat mengidentifikasi asal-usul geografis bahan pangan, sehingga dapat mencegah pemalsuan produk yang mengklaim berasal dari daerah tertentu.

Selain dampaknya terhadap kesehatan, Henni juga menyoroti bagaimana pemalsuan pangan berdampak pada ekspor produk pangan Indonesia. Banyak produk pangan Indonesia yang sering kali ditolak oleh negara pengimpor akibat masalah mislabeling atau klaim yang tidak sesuai dengan produk asli. Hal ini menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan, terutama dalam rantai pasok dan pengiriman barang. Penolakan produk pangan juga merusak reputasi komoditas Indonesia di pasar global.

Henni menekankan peran teknologi nuklir dalam mendukung ketertelusuran pangan, terutama untuk produk yang dilindungi oleh sistem Protected Designation of Origin (PDO) atau indikasi geografis. Sistem PDO melindungi produk pangan berdasarkan asal geografisnya, seperti kopi Gayo, kopi Toraja, atau lada putih Mentok, yang sangat rentan terhadap pemalsuan.

“Teknologi nuklir dapat memverifikasi keaslian produk dan memastikan klaim PDO dapat dipertanggungjawabkan,” imbuh Henni.

Dengan teknologi ini, produk yang memiliki sertifikasi PDO dapat terlindungi dari pemalsuan dan memberikan jaminan kualitas kepada konsumen global.

Meski demikian, Henni mengungkapkan bahwa pengembangan dan penerapan teknologi nuklir menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah terbatasnya akses terhadap perangkat nuklir dan infrastruktur pengujian yang memadai.

“Saat ini, hanya beberapa laboratorium di BRIN dan tempat lain yang memiliki fasilitas tersebut. Oleh karena itu, kami mengusulkan agar teknologi nuklir digunakan sebagai standar emas (gold standard) dan dipadukan dengan teknologi deteksi lain yang lebih mudah diakses dan portable. Dengan demikian, deteksi pemalsuan pangan bisa dilakukan lebih cepat dan lebih luas,” jelas Henni.

Dengan terus berkembangnya teknologi nuklir ini, BRIN berharap dapat meningkatkan daya saing produk pangan Indonesia di pasar internasional, sekaligus memastikan konsumen memperoleh produk pangan yang aman, berkualitas, dan terjamin keasliannya.

Tags: BRINTeknologi Pangan

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.