Keputusan penutupan ratusan gerai tersebut merupakan strategi bisnis yang lazim dilakukan untuk pengembangan bisnis.
SATUJABAR, JAKARTA – Direktur Corporate Affairs PT Sumber Alfaria Triaya Tbk (Alfamart) Solihin mengonfirmasi, terjadinya penutupan sebanyak 400 gerai Alfamart pada tahun ini. Keputusan penutupan ratusan gerai tersebut merupakan strategi bisnis yang lazim dilakukan untuk pengembangan bisnis.
“Tindakan kami itu adalah merupakan strategi perusahaan dalam rangka menciptakan efisiensi ya tentunya, dan pada akhirnya kami juga melakukan optimalisasi jaringan toko. Penutupan toko merupakan salah satu strategi kita,” kata Solihin.
Solihin mengungkapkan, setidaknya ada dua alasan penutupan ratusan gerai perusahaan terbuka dengan kode AMRT tersebut. Pertama adalah kaitannya dengan tingginya biaya sewa minimarket.
“Pertama, nilai sewa daripada yang kita sewa 5—10 tahun lalu naiknya di luar perkiraan kita, sehingga secara bisnis atas toko tersebut tidak bisa memberikan hal yang positif terhadap perusahaan,” ujar dia.
Kondisi tersebut diibaratkan dengan logika seseorang yang memiliki penyakit ‘usus buntu’. ‘Usus’ tersebut akan tidak bisa dipertahankan karena akan mengganggu kesehatan, sehingga pilihan yang tepat adalah dengan cara dipotong.
“Begitulah beberapa toko Alfamart ditutup, tidak lain untuk menciptakan bisnis yang lebih sehat,” ungkappnya.
Yang kedua, banyak juga pemilik toko yang ‘enggak usah disewain. “Saya mau usaha sendiri’, ada yang begitu. Banyak faktor sebenarnya,” tuturnya.
Dengan langkah penutupan 400 gerai Alfamart pada tahun ini, Solihin mengatakan, terbukti pihaknya mampu membuka gerai jauh lebih banyak daripada jumlah gerai yang ditutup. Angkanya bisa mencapai hampir tiga kali lipat.
“Kami buka toko jauh lebih banyak dari yang kami tutup. Karena itulah, salah satu cara kami untuk menambah penjualan yaitu ekspansi. Bagaimana ekspansinya? Jauh lebih banyak, tiga kali lipat lebih kita buka tokonya, lebih dari 1.000 buka tahun ini,” ungkapnya.
Ekspansi yang dilakukan tersebut dengan catatan harga sewanya lebih visible. Solihin menekankan, tidak memberikan manfaat jika mempertahankan perpanjangan sewa yang notabene naiknya dari pemilik tidak visible.
“Kan mending buka di tempat yang lain yang mungkin lebih potensial dan investasi kita lebih visible,” lanjutnya.
Solihin menekankan, bahwa strategi bisnis semacam itu merupakan hal yang biasa dilakukan di tiap tahunnya. Sehingga, munculnya angka 400 gerai yang ditutup dianggap bukan hal yang fantastis. (yul)