BANDUNG – Kota Bandung mencatat sejarah sebagai tuan rumah Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) pertama yang berskala nasional dan internasional. Kegiatan bergengsi ini secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (7/8).
Konvensi ini mempertemukan lebih dari 2.200 peneliti, ratusan akademisi, mahasiswa doktoral, dan perwakilan sektor industri dari dalam dan luar negeri. Selama tiga hari ke depan, para peserta akan membahas arah strategis pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fondasi kebijakan nasional.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan rasa bangganya karena Kota Bandung dipercaya sebagai tuan rumah kegiatan berskala besar ini.
“Ini adalah momentum besar, bukan hanya untuk Bandung, tapi juga bagi Indonesia. Diharapkan konvensi ini melahirkan ide-ide cemerlang yang bisa diimplementasikan dalam kebijakan publik berbasis data dan sains,” ujarnya melalui keterangan resmi.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya pemanfaatan kekuatan intelektual bangsa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan. Ia menyoroti pentingnya membangun sistem ekonomi konstitusional yang didasarkan pada prinsip ilmiah dan data yang akurat.
“Pesan Presiden sangat jelas: setiap kebijakan strategis nasional harus dilandasi oleh kajian akademik dan bukti ilmiah. Hal ini menunjukkan pentingnya peran perguruan tinggi dan lembaga riset dalam pembangunan nasional,” tambah Farhan.
Lebih lanjut, Farhan mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Bandung selama ini telah menjalin sinergi aktif dengan sejumlah perguruan tinggi untuk mendukung pengambilan keputusan, khususnya di bidang lingkungan dan transformasi digital pelayanan publik.
KSTI 2025 mengusung tema “Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Melalui Penguasaan Sains dan Teknologi”. Delapan sektor strategis menjadi fokus utama dalam konvensi ini, meliputi: ketahanan pangan, energi, kesehatan, pertahanan, kemaritiman, hilirisasi industri, digitalisasi (termasuk kecerdasan buatan dan semikonduktor), serta material dan manufaktur maju.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menyebut bahwa konvensi ini merupakan inisiatif langsung Presiden untuk merancang peta jalan riset dan inovasi nasional.
“Kita ingin membangun fondasi riset yang kuat untuk menopang masa depan Indonesia. Tiga hari ini akan sangat menentukan arah kebijakan riset nasional,” ujarnya.
Selain diskusi panel dan executive session bersama para pemangku kebijakan, konvensi juga akan menghadirkan peraih Nobel dan akademisi internasional untuk berbagi pengalaman. Di sela acara, digelar pula pameran hasil riset dan inovasi dari sektor industri dan akademisi.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi di dunia penelitian, konvensi ini juga akan menobatkan penerima BRIN Award bagi individu dan institusi riset terbaik di Indonesia.