SATUJABAR, BANDUNG – Apa sebab gempa Sumedang? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil mengidentifikasinya.
Menurut badan itu, apa sebab gempa Sumedang? Hal itu terjadi karena adanya sesar baru sebagai sebab gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 atau saat malam Tahun Baru.
Sesar baru tersebut diketahui belum pernah terpetakan sebelumnya.
Seperti diketahui, Kabupaten Sumedang diguncang gempabumi berkekuatan M4,8 dengan lokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat LS dan 107,94 derajat BT.
Tepatnya di darat pada jarak 2 km Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat, dengan kedalaman pusat gempa (hiposenter) 5 km dari permukaan bumi.
Gempabumi tersebut diawali dengan 2 gempa pendahuluan, yang terjadi pada pukul 14.35 WIB berkekuatan M4,1 dan pukul 15,38 WIB berkekuatan M3,4.
Kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 – 4,5.
Gempabumi yang terjadi pada 31 Desember lalu, merupakan gempabumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.
Gempa terjadi dengan mekanisme sumber merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault), berarah cenderung Utara-Selatan.
Alat akselerograf memonitor monitoring dampak kerusakan akibat gempa secara visual (makroseismik).
Hasilnya menunjukkan guncangan gempabumi mencapai skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity).
Artinya merupakan guncangan kuat dan menimbulkan kerusakan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyebutkan kerusakan akibat gempabumi.
Gempa itu mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah rusak yang tersebar pada sejumlah kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Yakni Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Tanjungkerta, Jatinangor, Pamulihan, Rancakalong, dan Surian.
Gempa itu juga berdampak ke Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Arjasari dan Cicalengka.
“Memperhatikan sebaran gempabumi susulan, tatanan tektonik (tectonic setting), dan analisis mekanisme sumbernya, gempabumi tersebut disebabkan oleh Sesar Aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan, untuk selanjutnya sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalan konferensi pers di Jakarta, Senin (8/1/2024).
Dwikorita menerangkan, wilayah Kabupaten Sumedang merupakan wilayah rawan gempa.
Sumber gempa berasal dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudera Hindia, serta dari beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan.
Sesar aktif yang terpetakan seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles.
Menurutnya, ada sumber yang berpotensi menimbulkan gempat adri beberapa sesar aktif lain yang belum terpetakan.
Dari Katalog Gempabumi Merusak dari BMKG (2020), wilayah Sumedang mengalami gempabumi dua kali.
Pertama pada 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan.
Serta kejadian pada 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
“Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja, namun juga dirasakan hingga Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, hingga Kabupaten Garut,” imbuhnya.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, BMKG meningatkan bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (BPBD), BNPB, SAR dan Kementerian Sosial.
Yaitu untuk menenangkan warga dengan memberikan literasi/ edukasi kegempaan, serta langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempabumi.
BMKG, kata dia, juga telah melakukan survey dan sejumlah kajian diantaranya survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar, evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan.
“Survei-survei tersebut dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempabumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempabumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar,” paparnya.
Lebih lanjut, dalam konferensi pers tersebut, Dwikorita menyampaikan sejumlah rumusan rekomendasi BMKG kepada pemerintah daerah dan sejumlah pihak terkait.
Rekomendasi tersebut yaitu, pertama, evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dengan mempertimbangkan Peta Zona Bahaya Gempabumi serta pelamparan sesar aktif (Sesar Sumedang).
Kedua, evaluasi dan penerapan Building Code (aturan standar bangunan tahan gempa) berdasarkan Peta Mikrozonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA).
Ketiga, edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan, terkait potensi bencana gempabumi, maupun bahaya ikutannya, serta potensi bencana hidrometeorologi.
Keempat, masyarakat harus terus didampingi dan diingatkan agar tidak terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
BANDUNG – Jawa Barat dikenal sebagai salah satu provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan produk…
SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Minggu 20/10/2024 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…
BANDUNG - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) dengan pendekatan…
BANDUNG – PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah mempersiapkan sejumlah langkah strategis untuk mendukung kelancaran…
BANDUNG - Perkembangan konsumsi kopi di Indonesia telah memasuki third wave atau gelombang ketiga, setelah…
BANDUNG - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meresmikan reaktivasi Stasiun Pondok Rajeg di Kecamatan Cilodong,…
This website uses cookies.